WEDA
III
Mengulas Sloka
Yang Mengandung Ajaran
Ketuhanan, Filsafat, Etika dan
Upacara
Dosen Pengampu : Putu Sanjaya,
S.Ag, M.Pd.H
Oleh
:
Gede
Ari Krisna Putra
NIM. 10. 1.1.1.1 3874
PAH B / V
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2012
I.
KETUHANAN
Dalam Sarasamuscaya,
35. Menyebutkan sbb :
Ekam yadi bhavecchastram sreyo nissamcayam bhavet’
bahutvadiha sastranam guham creyah pravesitam.
(Sarasamuscaya,
35).
Artinya :
Yan
tunggala keta Sang Hyang Agama, tan sangcaya ngwang irikang sinanggah hayu,
swargapawargaphala, akweh mara sira, kapwa dudu paksanira
sowing-sowang-hetuning wulangun, tan anggah ring anggehakena, hana ring
guhagahwara, sira sang hyang hayu.
Terjemahan :
Sesungguhnya
hanya satu tujuan agama, mestinya tidak sangsi orang yang disebut kebenaran,
yang dapat membawa ke surga atau moksa, semua menuju kepadanya, akan tetapi
masing-masing berbeda caranya, disebabkan oleh kebingungan, sehingga yang tidak
benar dibenarkan; ada yang menyangka,bahwa di dalam gua yang besarolah
tempatnya kebenaran itu.
Sarasamuscaya,
171. Juga menyebutkan sbb :
”
na danadduskaratam trisu lokesu vidyate,
arse hi mahati trsna sa ca krcchrena labhyate ”
(Sarasamuscaya,
171).
Artinya
:
Sebab di tiga dunia ini tidak ada
yang lebih sulit dilakukan dari pada berdana punia (bersedekah), umumnya sangat
besar terlekatnya hati kepada harta benda, karena dari usaha bersakit-sakitlah
harta benda itu diperoleh.
”
dhanani jivitam caica pararthe prajna ut srajet, sannimittam varam
tyago vinace niyate sati ”
Artinya
:
Maka tindakan orang yang tinggi
pengetahuanya, tidak sayang merelakan kekayaan, nyawanya sekalipun, jika untuk
kesejahteraan umum; tahulah beliau akan maut pasti datang dan tidak adanya
sesuatu yang kekal; oleh karena itu adalah lebih baik berkorban ( rela mati )
demi untuk kesejahteraan umum.
”yasya
pradanavandhyani dhananyayanti yanti ca, sa lohakarabhastreva cvannapi
na jivati ”
(Sarasamuscaya,
179).
Artinya :
Kekayaan seseorang datang dan pergi
(mengalami pasang surut), bila tidak dipergunakan untuk berdana punia, maka
mati namanya, hanya karena bernafas bedanya, seperti halnya puputan pandai
besi.
Sarasamuscaya, 261. Dalam
terjemahan menyatakan bahwa :
Carilah uang itu berdasarkan Dharma.
Selanjutnya
gunakanlah perolehan itu untuk mewujudkan tiga tujuan hidup.
Sarasamuscaya,
21. Menyatakan sbb :
Kunang ikang wwang gumawayikang subhakarma,
janmanyan sangke rig swarga delaha, litu hayu maguna, sujanma, sugih, amwiirya,
phalaning subhakarmawasana tinemuya.
(Sarasamuscaya,
21).
Artinya :
Maka orang yang melakukan perbuatan
baik kelahirannya dari sorga kelak akan menjadi orang yang
rupawan,gunawan,muliawan, hartawan, dan berkekuasaan; buah hasil perbuatan yang
baik didapat olehnya.
Indram mitram varunam agnim ahur Atho divyah
sa suparno garutman Ekam sadvipra bahudavadhanty Agnim yamam matarisvanam ahuh
(Reg
Veda I.164.46).
Artinya
:
Mereka yang menyebut-Nya dengan
Indra, Mitra, Varuna, dan Agni, Ia yang bersayap keemasan Garuda, Ia adalah
Esa, para maharsi (viprah) memberinya banyak nama, mereka menyebut Indra, Yama,
Matarisvan.
Bhagavadgita
XI.40. menyebutkan sbb :
Namah puras tas artha prstha taste Mamostu
te sarvata eva sarva Ananta vi rya mitavikramastvam Sarvam samapnosi sarvah.
(Bhagavadgita,
XI.40).
Artinya
:
Hormat pada-Mu pada semua sisi, O
Tuhan. Engkau adalah semua yang ada, tak terbatas dalam kekuatan, tak terbatas
dalam keperkasaan. Karena itu engkau adalah semua itu.
Svestasvara
Upanisad II.17. Mengatakan ssb :
Yo devo’gnayu yo’psu, yo visvam bhuvanama
visesa, Yo asadishu yo vanaspatisu, tasmai devaya namo namah.
(Svestasvara
Upanisad II.17).
Artinya :
Sujud pada Tuhan yang berada dalam
api, yang ada dalam air yang meresapi seluruh alam semesta yang ada dalam
tumbuh-tumbuhan yang ada dalam pohon-pohon kayu.
Kitab Maha Nirvana Tantra dan Brahma Sutra,
I.1.2. Sehubungan dengan itu kitab suci Bhagavadgita, XI.55 dan XVIII.65 dalam
terjemahan menyatakan sbb :
“Yang bekerja bagi-Ku, menjadikan Aku
sebagai tujuan tertinggi,
berbakti kepada-Ku tanpa kepentingan pribadi, tiada bermusuhan terhadap segala insani, dialah yang datang kepada-Ku, oh Pandawa“
berbakti kepada-Ku tanpa kepentingan pribadi, tiada bermusuhan terhadap segala insani, dialah yang datang kepada-Ku, oh Pandawa“
”Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbakti
pada-Ku, bersujud pada-Ku, sembahlah Aku engkau akan tiba pada-Ku, Aku
berjanji setulusnya padamu sebab engkau
Ku-kasihi“
Kitab suci Yajur Veda IX.22,23, Atharva Veda XII.1.2 serta Veda Smrti
VII.13,14 dan 18 yang dalam terjemahannya berbunyi sebagai berikut :
”
Kami menghormati Ibu Pertiwi.
(
Yajur Veda, IX.22 )
“Semoga
kami waspada menjaga dan melindungi bangsa dan negara kami”
(
Yajur Veda, IX.23 )
“Semoga
kami dapat berkorban untuk kemuliaan bangsa dan negara kami”
(
Athrva Veda, XII.1.2 )
”Karena
itu hendaknya jangan seorangpun melanggar undang – undang yang dikeluarkan oleh
pimpinan negara, baik karena menguntungkan seseorang maupun yang merugikan
pihak yang tidak menghendakinya “
(
Veda Smrti, VII.13 )
”Demi
untuk itu, Tuhan telah menciptakan Dharma, pelindung semua makhluk,
penjelmaannya dalam wujud undang – undang merupakan bentuk kejayaan Brahman
Yang Esa”
(
Veda Smrti, VII.14 )
Kitab suci Isa Upanisad, 6. Menyatakan
sbb :
”Yas
tu sarvani bhutani atmanyevanupa yati sarva bhutesu catmanam tato na
vijugupsate”
(Isa
Upanisad, 6)
Artinya:
Dia
yang melihat semua mahluk pada dirinya (Atman) dan dirinya (Atman) sendiri pada
semua mahluk, Dia tidak lagi melihat adanya sesuatu perbedaaan dengan yang
lain.
II.
FILSAFAT / TATTWA
Orang yang kebingungan akan
menyangka bahwa kebenaran itu dianggap bukan kebenaran. Seperti juga ada yang
menganggap kebenaran terdapat di dalam gua. Dengan mengetahui tujuan agama,
maka kebingungan seperti itu tidak terjadi lagi.
Brahmaghna ca sarape ca core bhagnavrate sate, niskrtivihita
sabdih jrtahgne nasty niskrtih
(Sarasamuscaya,
322).
Artinya :
Brahmagnha
ngaraning mamati brahmana, humilangaken sang hyang brahma mantra kunang, tan
yatna ri sira, surapa ngaraning manginum madya, an pakabrata tan panginum
madya, cora kunang, bhgnabrata ngaraning manglebur brata, atyanta gongning
ngaraning manglebur brata, atyanta gongning papanika kabeh, tathapin mangkana
hana pamrayascitta irika, kunang papaning krtaghna, tan patambanika, tan
kawenang pinrayacitta.
Artinya :
Brhmaghna
artinya membunuh brahmana dan menghilangkan brahma mantra, tidak mengindahkan
Beliau. surapa artinya meminum minuman keras; orang yang menjalankan brata
tidak dibenarkan meminum minuman keras; tidak boleh mencuri; bhgnabrata namanya
jika melebur (membatalkan) brata; kelewat besar dosanya; namun dmikian masih
ada penebusanya; akan tetapi dosa krtaghna (tak tahu berterima kasih ) tak ada
obatnya, tak ditebus.
Jadi dosa besar jika manusia
membatalkan bratanya dan meneguk minuman keras. Brata itu menghantarkan manusia
sebenarnya kepada surga yang akan diraihnya nanti. Seperti juga yang terdapat
pada sloka ini :
Samklistakarmanamatipramadam bhuyo nrtam cadr dabhaktikam
ca, vicitaragam bahumayinam na ca naitan niseveta naradhaman sat.
(Sarasamuscaya,
325).
Artinya :
Nihan
lwirning tan sangsargan, wwang mangulahaken pisakit, parapida duracara, wwang
gong pramada, wwang mithyawada, wwang tan apangeh kabhatinya, wwang gong raga,
wwang sakta ring madya, nahan tang nem kanistanin wwang, tan yogya siwin.
Artinya :
Inilah
misalnya orang yang tidak patut dijadikan kawan bergaul, orang yang
mengusahakan penyakit dan kesedihan kepada orang lain, serta buruk laku, orang
yang sangat alpa, orang yang kata-katanya bohong dusta, orang yang terikat
hatinya kepada minuman keras, keenam orang yang sangat keji itulah, yang patut
dihindarkan.
Selain
mabuk minum-minuman keras, disebutkan juga tidak baik menjadi orang yang mabuk
kebangsawanan, mabuk kerupawanan, dan mabuk kepintaran. Sesungguhnya itu
menimbulkan ketidaktenangan hati di dunia. Seperti pada sloka berikut :
Vidyamado dhanamadasttrtiyo’ bhijanairmadah, mada hyete
valiptanameta eva satam damah.
(Sarasamuscaya,
337).
Artinya :
Nihan
sangskepaning mangdadyaken mada ring durjana widya, dhana, abhijana, widya
ngaran sang hyang aji, widyamada ngaraning wero kapuhara denira, dhana
ngaraning masmanik, salwirning wibhawa, dhanamada ngaranikang mada kawangun
denya, abhijana ngaraning kawwangan abhijanamada ngaraningkang wero kapuhara denya,
nahan tawakning mangddyaken mada ring durjana, kunang ri sangn sajjana,
mangddyaken kopasaman ika.
Inilah secara singkat hal-hal yang
menimbulkan kesombongan pada si durjana; widya, dhana, abhijana, widya artinya
ilmu pengetahuan, widyamada artinya rasa bangga yang diakibatkan ilmu
pengetahuan; dhana adalah kekayaan emas dan permata, segala rupa kekayaan;
dhanamada disebut kesombongan yang ditimbulkan oleh kekayaan itu; abhijana
artinya keturunan yang mulia; abhijanama artinya mabuk akan bangsawan; itulah
bentuk-bentuk yang menimbulkan rasa angkuh pada si durjana; sebaliknya sang
sajan bentuk-bentuk itu menyebabkan timbulnya ketenangan hati.
II.
ETIKA / SUSILA
Susila atau etika merupakan upaya (karma) manusia
mempergunakan keterampilan fisiknya (angga/raga)dan cerdas rohani (suksma
sarira) manusia terdiri atas pikiran (manas), kecerdasan (buddhi) .dan
kesadaran murni (atman) yang dapat berfungsi sebagai saranauntuk memecahkan
berbagai masalah tentang bagaimana manusia hidup dan berbbuat baik (saputra).
Kitap sarasamuscaya menyebutkan sebagai berikut :
manusah sarvabhutesu
varttate vaiu saubhasuhe,asubhasue samasvitam subhesveva vakyaret. Ri
sakiwang srwa bhuta,ikingjanma wwang juga wenang gumayana kening subha
–subhakarma iking janma, kuneng akena ring subhakarna juga ikang
asubha karma phalaning dadi wwang.
(Sarasamuscaya,
2).
Artinya :
Dari
sedemikian banyaknya semua mahkluk yang hidup , yang di lahirkan sebagai
manusia itu saja yang dapat berbuat perbuatan yang baik-buruk itu adapun untuk
peleburan perbuatan buruk ke dalam perbuatan yang baik juga manfaatnya menjadi
manusia.
Demikianlah manfaat hidup menjadi
manusia sebagai di sebutkan dalam kitab suci Weda. manusia hendaknya selalu
mengupayakan prilaku yang baik dengan sesamanya memperlakukan orang dengan baik
sesungguhnaya adalah sama dengan memperlakukan diri sendiri dengan baik juga
(tatwam asi), prilaku seperti itu patut di upayakan harus di lestarikan dalam
setiap tindakan kita sebagai manusia, setiap induvidu hendaknya berfikir dan
bersifat professional menurut guna dan karma. Di antara makhluk hidup, manusia
merupakan makhluk paling istimewa, makhluk yang paling sempurna karena memiliki
Tri Pramana (bayu, sabda, idep). Dengan idep manusia mampu membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk serta mampu melebur perbuatan buruk ke dalam perbuatan
baik. Menyadari hal tersebut maka janganlah sia-siakan kesempatan lahir sebagai
manusia untuk berbuat baik (susila), agar tujuan kita lahir ke dunia bisa
tercapai.
Dalam
kitab Sarasamuscaya, sloka 160 disebutkan sebagai berikut :
“Silam
pradhanam puruse tadyaseha pranasyati, na tasya jivitenartho duh silam
kinprayojanam, Sila ktikang pradhana ring dadi wwang, hana prawrtti ning dadi
wwang dussila, aparan ta prayojananika ring hurip, ring wibha, ring kaprajinan,
apan wyartha ika kabeh, yan tan hana silayukti”.
(Sarasamuscaya,
160).
Artinya :
Susila itu adalah yang paling utama,
pada titisan sebagai manusia. Jika ada perilaku titisan sebagai manusia itu
tidak susila, apakah maksud orang itu dengan hidupnya, dengan kekuasaan, dengan
kebijaksanaan, sebab sia-sia itu semuanya jika tidak ada kesusilaan. Ajaran
susila hendaknya terapkan di dalam kehidupan kita di dunia ini, karena di dunia
inilah tempat kita berkarma.
IV. UPACARA
Atharwa Weda XXI.1.1 menyebutkan
:
Satyambrihadh
rtam ugram diksa tapo
Brahma
yajna prithivim dharayanti
(Atharwa
Weda XXI.1.1).
Artinya :
Kebenaran, hukum abadi yang agung dan penyucian diri
pengendalian
diri, doa dan ritus
(Yajna) inilah yang menegakkan bumi.
Saha yajnahprajah srstva purovacaprajapatih
‘anenaprasavisadhauam esa vo stu ista-kama dhuk
Artinya:
Sesungguhnya sejak dulu
dikatakan, Tuhan setelah menciptakan manusia melalui yajna (Bhagawadgita
III.10), berkata : dengan (cara) ini engkau akan berkembang,
sebagaimana sapi merah yang memenuhi keinginanmu (sendiri).
Satyam brhadrtamugram
diksa,
Tapo brahma yadnya Prthiwimdharayanti
(Atharwa Weda)
Artinya :
Sesungguhnya satya,
rta, diksa, tapa, brahma dan yadnya yang menyangga dunia.
Yajna ngaraning
manghanaken homa
(Wrhaspati
Tattwa)
Artinya :
Yajna artinya mengadakan
homa
Yajna ngaranya “Agnihotradi” kapujan Sang Hyang Siwagni pinakadinya
(Agastya
Parwa)
Artinya:
Yajna artinya
“Agnihotra” yang utama yaitu pemujaan atau persembahan kepada Sang Hyang
Siva Agni.
Bhagavadgita, III.9 menyebutkan :
Setiap melakukan pekerjaan hendaknya dilakukan sebagai
Yajna dan untuk yajna.
Bhagavadgita, III.12 menyebutkan
:
Para deva akan memelihara manusia dengan memberikan
kebahagiaan. Karena itu manusia yang mendapatkan kebahagiaan bila tidak
membalas pemberian itu dengan yajna pada hakikatnya adalah pencuri. Kemudian sloka
selanjutnya menyebutkan bahwa orang yang terlepas dari dosa adalah orang yang
makan sisa persembahan atau yajna. Maka sebelum menikmati makanan, kita
harus mempersembahkan makanan itu pada Tuhan. Kita makan prasadam (lungsuran = bahasa
Bali) artinya makan anugrah Tuhan.
Bhagavadgita, VII.16 menyebutkan
:
“Chaturvidha bhayante mam Janah sukrtino
,rjuna Arto jijnasur
artharthi Jnani ca bharatasabha”
(Bhagavadgita,
VII.16)
Artinya :
Ada empat macam orang yang baik hati memuja padaku,
wahai Bharatasabha, mereka yang sengsara, yang mengejar ilmu, yang mengejar
artha dan yang berbudi Arjuna.
Dalam kitab Sarasamuscaya, 81.
Disebutkan dalam terjemahannya sbb :
Demikianlah
hakikatnya pikiran tidak menentu jalannya, banyak yang dicita-citakan terkadang
berkeinginan, terkadang penuh keragu-raguan, demikianlah kenyataanya, jika ada
orang yang dapat mengendalikan pikiran pasti orang itu memperoleh
kebahagiaan baik sekarang maupun didunia lain.
Kitab Bhagavadgita
VII.8 memberi petunjuk sbb :
“Raso ‘ham apsu
kaunteya, prabha ‘smi sasisuryayoh, Pranavah sarvavedeshu, sabdah khe
paurusham nrisu”
(Bhagavadgita
VII.8)
Artinya :
Aku adalah rasa dalam air, Kunti putra, Aku
adalah cahaya pada bulan dan matahari. Aku adalah huruf aum dalam
kitab suci Weda, Aku adalah suara diether dan kemanusiaan pada manusia.
Kitab Sarasamuscaya, I.4. Menyebutkan
:
“Iyam hi yonih prathma
yonih prapya jagadipe Atmanam sakyate tratum karmabhih sublalaksanaih Apan ikang dadi wwang uttama juga ya,
nimittaning mangkana,
wenang ya Tinulung awaknyasangkeng sangsara, makasadanang subhakarma Hinganina
kotamamaningdadi wwang ika.
(Sarasamuscaya,
I.4).
Artinya :
Sebab menjadi manusia sungguh utama juga,
karena itu, ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan
karma yang baik, demikianlah keistimewaan menjadi manusia.
Kitab Bhagavadgita IV.28 sbb :
“Dravya-Yajnas tapa-yajna, yoga-yajnas tathapare,Svadhyaya, jnana yajnas
ca yatayah samstia vratah.
(Bhagavadgita,
IV.28).
Artinya :
Ada yang
mempersembahkan harta, ada tapa, ada yoga, dan yang lain pula pikirkan yang
terpusat dan sumpah berat, mempersembahkan ilmu dan pendidikan budi.
Sloka Bhagavadgita
menjelaskan hal ini sbb :
“ye
yatha mam prapadyante, tams tathai ‘va bhayamy aham Mam vartma .nuvartante, manushyah partha sarvasah”
Artinya :
Dengan jalan manapun (beryajna) ditempuh manusia kearah-Ku,
semuanya Ku-terima
dari mana-mana semua mereka menuju jalan-Ku oh Partha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar