TUGAS UPANISHAD
JALAN MENCAPAI MOKSA DI
JAMAN KALI
OLEH
PUTU
ERI SAPUTRA (
10.1.1.1.1.3866 )
NI
MADE PURWANINGSIH ( 10.1.1.1.1.3867 )
PUTU
RIKA PERDIANI (
10.1.1.1.1.3869 )
GUSTI
AYU INDRAWATI RAHAYU (
10.1.1.1.1.3870 )
I
KOMANG EDY INDRAWAN (
10.1.1.1.1.3872 )
KADEK
ANDRIANI (
10.1.1.1.1.3873 )
GEDE
ARI KRISNA PUTRA (
10.1.1.1.1.3874 )
PUTU
SRI SUSANTHI (
10.1.1.1.1.3875 )
KOMANG
SOE YASA (
10.1.1.1.1.3876 )
NI
NYOMAN ADI HANDAYANI (
10.1.1.1.1.3878 )
FAKULTAS DHARMA ACARYA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
KAMPUS II SINGARAJA
2011
KATA
PENGANTAR
“OM swastyastu”
Puji dan syukur penulis
panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ CARA MENCAPAI
MOKSA PADA JAMAN KALIYUGA”, ini tepat pada waktunya.
Paper
ini
dibuat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan dalam Mata Kuliah UPANISAD I, Institut Hindu Dharma
Negeri Denpasar.
Dalam penulisan paper ini, tidak terlepas dari kerjasama
berbagai pihak yang membantu penulis
oleh sebab itu, penulis menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang membantu proses penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
mengingat terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan tulisan ini, sehiggga bisa diterima dan bermanfaat bagi para
pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi semua pihak.
“OM Santih Santih
Santih OM”
Singaraja,
maret 2011
Penulis
|
DAFTAR
ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penulisan ......................................................................1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................2
1.3
Tujuan penulisan ...................................................................................2
1.4
Manfaat Penulisan ....................................................................... .2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Moksa ..................................................................................3
2.2 Macam-macam
Moksa ....................................................................... .4
2.3 Tingkatan-tingkatan Moksa ................................................................. .5
2.4 Cara
mencapai Moksa ...........................................................................6
2.5 Hambatan
Mencapai Moksa .................................................................15
BAB III PENUTUP
3.1
Simpulan............................................................................................16
3.2
Saran..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
|
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setelah runtuhnya masa pemerintahan orde
baru dan beralih ke era reformasasi yang ditandai dengan kebebasan bagi masyarakatanya untuk mengeluarakan
pendapat, kebebasan berserikat, dan ikut berpartisipasi mengontol pemerintahan.
Kemudian jika kita kilas balik ke jaman pra kemerdekaan dimana bangsa kita
masih dijajah oleh Belanda dan Jepang, kebebasan sebagai bangsa yang merdeka
adalah merupakan tujuan utama. Untuk membebaskan Bangsa dari penjajahan
tidaklah mudah dibutuhkan banyak pengorbanan, baik moril maupun materi dan
dalam waktu yang tidak singkat sejarah mencatat untuk mencapai kemerdekan kita
membutuh waktu hampir tiga setengah abad (350 tahun). Dari fakta-fakta tersebut
dapat kita lihat bahwa kebebasan sangat
didambakanoleh umat manusia.
Didalam agama hindu kebebasan tidaklah
hanya dalam arti fisik saja tetapi juga kebebasan lahir maupun bathin. Moksa
adalah tujuan tertingi dalam agama Hindu. Moksa dalam agama Hindu adalah kebebasan dalam
kehidupan terlepas dari keterikatan duniawian, bebas dari hukum karma, bebas
dari penjelmaan kembali (punarbawa), sehingga umat hindu dalam mencapai kebebasan membutuhkan
proses yang cukup panjang selama hidupnya dan kemungkinan setelah reinkarnasi
beberapa kali. Untuk membebaskan diri dari keduniawian ini saja membutuhkan
pengorbanan-pengorbanan, setiap langkah gerak kehidupan harus berdasarkan Dharma
yaitu kebenaran dan tidak mengikatkan diri dengan materi.
Pengaruh kali yuga ini sangat besar
dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, sebab kali yuga ini orang selalu
bersifat meterialistis , hanya 25 % orang menjalankan dharma yaitu kebenaran
tidak seperti yuga-yuga
yang lain yaitu Kerta Yuga, Traita Yuga dan Dwapara Yuga. Apabila saat sekarang
kali yuga ini dalam kehidupan kita selalu melaksanakan kebenaran yaitu dharma
maka hasilnya akan berlipat ganda, seperti kalau kita sembahyang pada hari-hari raya Hindu atau Purnama Tilem
hasilnya jauh lebih besar dari hari-hari biasa. Maka kesempatan kali yuga ini umat Hindu sebaiknya
setiap melakukan tindakan harus berdasarkan kebenaran, bebaskan diri dari
adharma, bebaskan diri dari keterikatan2 bebaskan diri dari materialistis dan
keduniawian sehingga kita tercapai tujuan yaitu kebebasan abadi yaitu moksa.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah
yang dapat dirumuskan dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa itu moksa?
2.2.2 Apa saja macam-macam moksa?
3.2.3 Bagaimana tingkatan-tingkatan moksa?
4.2.4 Jalan yang ditempuh untuk mencapai moksa?
5.2.5 Apa saja hambatan-hambatan untuk mencapai
moksa?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.2. Untuk mengetahui pengertian moksa
2.3. Untuk mengetahui macam-macam moksa
3.4. Untuk mengetahui tingkatan-tingkatan moksa
4.5. Untuk mengetahui jalan yang ditempuh untuk
mencapai moksa
5.6. Untuk mengetahui hambatan-hambatan untuk
mencapai moksa
1.3 Manfaat
Penulisan
Bagi
Penulis :
o
Dapat menambah pengalaman dalam
penulisan Makalah
o
Dapat menambah pengetahuan tentang moksa
o
Untuk melengkapi tugas Upanisad I
Bagi
pembaca
o
Diharapkan dapat memperoleh informasi
tentang moksa.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Moksa
Moksa
adalah salah satu sradha dalam Agama Hindu yang merupakan tujuan hidup
tertinggi Agama Hindu. Diantara semua makhluk hidup di dunia ini, maka manusia
adalah yang termulia, menurut ajaran agama Hindu. Manusia dapat berbuat baik
maupun buruk. Orang sepatutnya bersyukur dan berbesar hati lahir sebagai
manusia. Menjelma menjadi manusia sungguh-sungguh utama karena ia dapat
menolong dirinya dari kesengsaraan dengan berbuat baik. Menjelma menjadi
manusia merupakan kesempatan untuk membebaskan diri dari kesengsaraan menuju
kebahagiaan yang abadi yang di sebut
moksa/kebebasan. Moksa berasal dari kata “muc”
diambil dari Bahasa Sansekerta yang artinya membebaskan/ mengeluarkan/
melepaskan.
Menurut kitab-kitab Upanisad, moksa adalah
keadaan atma yang bebas dari segala bentuk ikatan dan bebas dari samsara. Yang
dimaksud dengan atma adalah roh, jiwa. Sedangkan hal-hal yang termasuk ikatan
adalah :
1) Pengaruh panca indria
2) Pikiran yang sempit
3) Ke-akuan
4) Ketidak sadaran pada hakekat Brahman-Atman
5) Cinta kasih selain kepada Hyang Widhi
6) Rasa benci
7) Keinginan
8) Kegembiraan
9) Kesedihan
10) Kekhawatiran/ketakutan, dan
11) Khayalan
2) Pikiran yang sempit
3) Ke-akuan
4) Ketidak sadaran pada hakekat Brahman-Atman
5) Cinta kasih selain kepada Hyang Widhi
6) Rasa benci
7) Keinginan
8) Kegembiraan
9) Kesedihan
10) Kekhawatiran/ketakutan, dan
11) Khayalan
Moksa
adalah tujuan akhir umat Hindu. Moksa merupakan akhir dari punarbhawa, akhir
dari lahir dan mati, bersatunya atma dengan paramatma, kebebasan yang kekal
abadi. Bersatunya Atma dengan Brahman berarti Atma telah mencapai keadaan “Sat Cit Ananda”, yaitu kebahagiaan yang
kekal abadi/ “sukha tan pawali dukha”.
Istilah moksa disamakan artinya dengan kelepasan, nirwana, mukti dan
kaparamartha. Mencapai moksa bukan hanya setelah manusia itu mati (disebut : Videha Mukta), tetapi dalam dunia
ini pun moksa dapat dicapai setelah bebas dari ikatan duniawi dan pasang surut,
suka dukanya gelombang hidup di dunia yang disebut “jiwanmukti” (moksa semasih hidup).
Jika selama masih hidup seseorang itu mencapai
moksa maka ia telah mencapai tingkat moral yang tertinggi, kehidupannya
sempurna (krtakrtya), penuh dengan kesenangan (atmarati) karena terbebas dari
11 jenis ikatan yang disebutkan diatas, memandang dirinya ada pada semua mahluk
(eka-atma-darsana), memandang dirinya ada pada alam semesta
(sarva-atma-bhava-darsana). Kesenangan juga tercapai karena pengetahuan dan
kesadaran bahwa brahman-lah atman yang ada didirinya (brahmanbhavana).
Jika moksa dicapai setelah meninggal dunia maka
terjadilah proses menyatunya atman dengan brahman sehingga atman tidak lahir
kembali sebagai mahluk apapun atau bebas dari samsara, disebut juga sebagai
kedamaian abadi (sasvatisanti).
2.2 Macam – Macam Moksa
Berdasarkan atas keadaan Atma dalam hubungannya
dengan Paramatma, maka moksa dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
1. Samipya/Jiwan Mukti
Merupakan
suatu kebebasan yang dicapai semasa hidup ini terutama oleh para Maha Rsi pada
waktu melakukan semadhi, segala unsur-unsur maya/pikiran, emosi dan badan dapat
dikendalikan, sehingga beliau dapat menerima wahyu-wahyu Tuhan.
2. Sarupya / Sadarmya
Merupakan kebebasan yang dicapai semasa
hidup, dimana kedudukan Atma dapat mengatasi unsur-unsur maya, karena dalam hal
ini Atma merupakan refleksi daripada kemahakuasaan Tuhan, seperti Sri Kresna
dalam Bhagawadgita, Sri Rama,
Awatara Budha dan sebagainya.
3. Salokya/Karma Mukti
Merupakan kebebasan
yang dapat dicapai oleh Atma dimana Atma itu sendiri telah berada dalam posisi
dan kesadaran yang sama dengan Tuhan, akan tetapi belum bersatu. Dalam hal ini
Atma telah mencapai tingkat dewa yang merupakan manifestasi sinar suci Tuhan.
Salokya sama dengan Karma Mukti.
4. Sayujya/Purna Mukti
Merupakan
suatu tingkat kebebasan yang tertinggi dimana Atma telah bersatu dengan Tuhan,
sehingga mencapai “Brahman Atman Aikyam”.
Sayujya sama dengan Purna Mukti.
2.3 Tingkatan – Tingkatan Moksa
Berdasarkan
atas kemampuan manusia untuk melepaskan diri dari ikatan keduniawian untuk
mencapai Moksa, maka berdasarkan tingkatannya
Moksa dibedakan menjadi 3 diantaranya :
1. Moksa
Merupakan kebebasan yang dapat dicapai oleh
seseorang tetapi masih meninggalkan bekas berupa mayat/badan kasar.
2. Adi Moksa
Merupakan
kebebasan yang dicapai oleh seseorang dengan meninggalkan bekas-bekas berupa
abu.
3. Parama Moksa
Merupakan kebebasan yang dicapai oleh seseorang
tanpa meninggalkan bekas.
2.4 Jalan Mencapai Moksa
Untuk mencapai moksa seseorang harus
mempunyai persyaratan tertentu sehingga proses mencapai moksa dapat berjalan
sesuai dengan norma-norma
ajaran agama Hindu. Dalam mencapai Moksa dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu :
1. Dharma.
Dalam ajaran agama Hindu yang
terdapat dalam Catur Parusa Arta dijelaskan bahwa tujuan dari kehidupan adalah bagaimana
untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada
dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan bahwa
Dharma dan Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada
Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan Kesucian,
dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang
melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah kehidupan
yang suci dan terhormat.
Dalam zaman edan saat ini semua
orang mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana, kebenaran dan
keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu, semua
perbuatannya dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah
berubah, Dharma telah ada pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan
datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik lain
dalam melakukan latihan kerohanian (spiritual). Untuk Kerta Yuga latihan
kerohanian yang baik adalah melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan kerohanian
yang baik adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk Dwapara latihan
kerohanian yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara pemujaan dan
untuk Kali Yuga latihan kerohanian yang baik adalah dengan melakukan Nama Smarana yaitu mengulang ngulang atau
menyebut nama Tuhan yang suci.
2. Pendekatan kepada Yang Widhi Wasa
Untuk mendekatkan diri kehadapan Yang
Widhi Wasa ada beberapa cara yang dilakukan Umat Hindu yaitu cara Darana
(menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan
cipta). Dengan melakukan latihan rochani , terutama dengan penyelidikan bathin,
akan dapat menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam
diri kita. Apabila sifat-sifat Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah dekat
dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan dikabulkan dan
kita selalu dapat perlindungan dan keselamatan.
3. Kesucian.
Untuk memperoleh pengetahuan suci,
dan menghayati Yang Widhi Wasa dalam keberagaman dinyatakan dalam doa Upanisad
yang termasyur: Asatoma Satgamaya, Tamasoma Jyothir Gamaya, Mrityorma Amritan
Gamaya yang artinya, Tuntunanlah kami dari yang palsu ke yang sejati, tuntunlah
kami dari yang gelap ke yang terang, tuntunlah kami dari kematian ke kekekalan.
Setiap kita melakukan kegiatan, kita
biasakan untuk memohon tuntunan kehadapan Yang Widhi Wasa agar kita selamat dan
selalu dilindungi. Pekerjaan apapun kita lakukan, apabila kita bekerja demi
Tuhan dan dipersembahkan kehadapan Yang Widhi Wasa, maka pekerjaan tersebut
mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan tersebut
dengan Yang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci dan mempunyai kemampuan dan nilai
yang tinggi.
Tujuan dari kehidupan kita adalah agar atman terbebas dari
triguna dan menyatu dengan Para atman. Didalam Weda disebut yaitu Moksartham
Jaga Dhitaya Ca Iti Dharmah yang artinya adalah tujuan agama (Dharma) kita
adalah untuk mencapai moksa (moksa artham) dan kesejahteraan umat manusia
(jagadhita).
Ciri2
orang yang telah mencapai jiwatman mukti adalah.
1. Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin.
2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.
3. Tidak terikat dengan keduniawian.
4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat banyak.
1. Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin.
2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.
3. Tidak terikat dengan keduniawian.
4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat banyak.
Pada
dasarnya semua umat Hindu mempunyai keinginan untuk bahagia baik didunia maupun
diakhirat (“Moksartham Jagadhita Ya Ca
Iti Dharma”). Ada empat jalan untuk menuju moksa yang disebut dengan Catur
Marga Yoga; diantaranya :
1. Bhakti Marga Yoga
Jalan atau cara untuk mencapai moksa
atau kebebasan, yaitu bersatunya Atman dengan Tuhan dengan melakukan sujud
bakti kehadapan Yang Widhi Wasa. Bakti adalah cinta yang mendalam kepada Tuhan,
bersifat tanpa pamerih sedikitpun dan tanpa keinginan duniawi apapun juga. Bagi
umat Hindu untuk melakukan Bakti Marga Yoga dengan menyanyikan nama-nama Tuhan secara berulang-ulang, bergaul dengan orang-orang Suci yang mempunyai bakti,
konsentrasi pikiran setiap saat kepada Tuhan, dan jalan Bakti ini adalah yang
paling mudah dilakukan. Seperti setiap hari kita melakukan Trisandya dengan
mengucapkan Gayatri Mantra tiga kali sehari.
Untuk menanamkan rasa Bakti
kehadapan Yang Widhi Wasa , sebaiknya anak mulai kecil dididik mengucapkan
Mantra Gayatri dengan memberi penjelasan makna dan arti masing bait, sehingga
meresap dalam pikiran mereka dan dapat menuntun ajaran-ajaran kebenaran (Dharma). Kalau belum hafal
sebaiknya dibaca saja dan usahakan dengan suara yang lembut sehingga benar-benar meresap dalam hati sanubari kita
dan bayangkan Brahman ada dalam pikiran dan renungkan secara terus menerus
selama melagukan Gayatri Mantra Dengan selalu melantunkan Gayatri Mantra terus
menerus , maka kita seolah olah menyatu dengan Tuhan atau bersatunya Atman
dengan Tuhan., sehingga kita mendapat ketenangan, kedamaian, keselamatan dan
kesejahteraan.Dalam melakukan Bakti Marga Yoga terutama upacara piodalan di pura-pura diseluruh Indonesia, masyarakat
Hindu sudah mempunyai cara upacara bakti (persembahyangan) secara baku,
dimanapun kita melakukan persembahyangan sudah tersusun sama, dan Mantra
Gayatri selalu dilantunkan sebelum persembahyangan dimulai.
Pada saat Pendeta melakukan upacara
piodalan juga dinyanyikan lagu-lagu warga sari sebagai pemujaan kehadapan Yang Widhi Wasa yang
mempunya makna adalah agar sebelum persembahyangan dimulai kita sudah mulai
rasakan menyatunya Atman dengan Brahman.
2. Karma Marga Yoga
Cara atau jalan untuk mencapai moksa
(bersatunya Atman dengan Brahman), dengan selalu berbuat baik, tetapi tidak
mengharapkan balasan atau hasilnya untuk kepentingan diri sendiri (amerih
sukaning awah) disebut Karma Marga Yoga. Dalam Karma Marga Yoga, kita sebagai
umat Hindu setiap tindak tanduk kita melakukan karya harus demi kepentingan
masyarakat banyak dan jangan ada suatu keinginan untuk menikmati hasilnya,
sebab kalau kita selalu berpikir hasilnya akan timbul keterikatan-keterikatan, kalau keterikatan-keterikatan telah tumbuh dalam jiwa kita, maka
ketenangan akan menjauh dari kenyataan, sehingga jiwa kita akan diracuni oleh
Sad Ripu yaitu enam musuh utama manusia yang terdiri dari Kama, Lobha, Mada,
Moha,Kroda, Matsarya (napsu, loba, kemarahan, kemabukan, kebingungan,iri hati).
Didalam Bhagawad Gita disebutkan
bahwa berulang kali Krisna berkata kepada Arjuna, lakukan tugasmu, lakukanlah
pekerjaan yang benar tetapi jangan ingin menikmati hasil pekerjaan itu. Tujuan
Krisna memberikan wejangan kepada Arjuna agar jangan melihat hasil nya adalah, kita sebagai pelaku benar2 dalam
bekerja semua perbuatan kita yaitu karma diubah menjadi Yoga sehingga kegiatan
tersebut membawa kita menuju persatuan dengan Tuhan maka ini disebut dengan
Karma Marga Yoga. Apabila seseorang sudah dapat melakukan pekerjaan tanpa
melihat hasilnya maka ia akan menjadi orang yang benar2 bijaksana
(Stithaprajna), yang tidak terpengaruh dengan keadaan suka dan duka atau
gembira dan sedih.
Perbuatan adalah karma , setiap orang
lahir dari karma, hidup dalam karma dan mati dalam karma, karma sumber dari
baik dan buruk dosa atau kebajikan, laba atau rugi, kebahagiaan atau kesedihan,
sebenarnya karmalah penyebab kelahiran, maka karma dalam kehidupan merupakan
masalah yang sangat penting. Sebagai
ilustrasi dapat diceritrakan sebagai berikut.
Diumpamakan badan kita adalah sebuah
jam dinding, dan nafas kita adalah pegasnya yang menyebabkan jarum jam dapat
berputar, dan baterynya adalah tenaga manusia. Tanpa nafas dan tenaga, manusia
tidak dapat berbuat apa apa yaitu berkarma, maka perbuatan (karma) sangat
tergantung dengan nafas (pegas) dan tenaga (batery). Dengan kekuatan batery
(tenaga) maka jarum jam yang terdiri dari tiga jarum yaitu jarum yang paling
panjang disebut jarum detik, jarum yang menengah disebut dengan jarum menit dan
jarum yang paling pendek disebut jarum jam. Ketiga jarum akan berputar dengan
kecepatan yang berbeda beda dan saling ketergantungan satu sama lainnya, tetapi
masing2 jarum akan berputar sesuai dengan fungsinya.
Apabila jarum detik telah berputar
60 kali maka jarum menit akan mengikuti berputar hanya sekali, demikian saat
jarum menit telah berputar 60 kali maka jarum jam akan berputar sekali demikian
seterusnya dengan menggunakan kelipatan 60. Setiap gerakan jarum detik kita
umpakan adalah karma (perbuatan), untuk gerakan jarum menit kita umpamakan
adalah perasaan dan untuk gerakan jarum jam kita umpamakan adalah kebahagiaan.
Untuk mencapai suatu kebahagiaan yang terus menerus kita harus selalu berbuat
(berkarma) baik, setiap tindakan kita selalu tanamkan kebaikan yang menyebabkan
perasaan kita mendapat rangsangan kebaikan tersebut sehingga kita merasa
senang.
Apabila perasaan kita telah mencapai
kesenangan terus menerus akibat kita selalu berbuat (karma) baik terhadap
seseorang, maka menyebabkan kita akan mencapai kebahagiaan, sebab karma
(perbuatan), perasaan, dan kebahagian saling keterkaitan seperti ketiga jarum
jam berputar saling ketergantungan satu sama lainnya.
Makin banyak kita ber karma baik
maka perasaan dan kebahagian akan selalu mengikuti seperti perputaran jarum
jam, apabila jarum detik tidak bergerak jangan harap jarum menit bergerak
apalagi jarum jam Kebahagian akan dicapai dalam kehidupan ini apabila kita
selalu berkarma baik
3. Jnana Marga Yoga
Pada saat sekarang peranan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat menentukan dalam pembangunan nasional
disamping ilmu pengetahuan lainnya. Setiap negara akan berusaha sekuat tenaga
dengan menggunakan resource yang ada untuk berkompetisi dalam bidang IPTEK,
siapa yang menguasai IPTEK maka merekalah yang menguasai dunia ini. Kata Jnana
artinya adalah kebijaksanaan filsafat atau pengetahuan, Yoga berasal dari urat
kata YUJ yang artinya menghubungkan diri.
Jadi Janana Marga Yoga artinyga
jalan untuk mencapai persatuan atau pertemuan antara Atman dengan Paramatman
(Tuhan) berdasarkan atas pengetahuan (kebijaksanaan filsafat) terutama mengenai
kebenaran dan pembebasan diri dari ikatan duniawi (maya). Dalam kehidupan ini
kita memilih profesi pekerjaan kita sesuai dengan bakat yang diberikan oleh
Sangyang Widhi Wasa dan latar belakang pendidikan kita atau pekerjaan yang
sangat menarik yang kita geluti saat ini, sebab bakat yang diberikan oleh Tuhan
adalah anugrah yang sangat tinggi nilainya yang merupakan hasil Karma kita
dahulu sebelum kita Reinkarnasi sebagai manusia. Apabila kita ingin mengabdi
kan diri dibidang ilmu pengetahuan, perlu diperhatikan adalah ilmu pengetahuan
yang dapat membantu umat manusia dalam mengatasi kehidupan ini. Sebagai ilustrasi dapat disampaikan
sebagai berikut.
Pada zaman sekarang banyak manusia
mengalami kesulitan dalam mengatasi penyakit, banyak penyakit yang belum
diketemukan obatnya seperti AID, lever hati, tumor, kanker dan lain lainnya.
Perkembangan ilmu kedokteran tidak dapat mengejar penyakit-penyakit yang timbul dalam masyarakat,
peralatan rumah sakit masih menggunakan peralatan tradisional sehingga angka
kematian di negara kita sampai sekarang masih cukup tinggi.
Para dokter yang bergerak dibidang
kesehatan harus terus menerus melakukan penelitian atau Research And
Development (R&D) sehingga semua kesulitan masyarakat dapat diatasi dengan
baik dan murah dengan diketemukan obat-obat yang mujarab. Seseorang yang mempunyai profesi dalam bidang
kedokteran ini disebut dengan Jnana Marga Yoga dimana ilmu yang diabdikan demi
kepentingan umat manusia.
4. Raja Marga Yoga
Jalan untuk mencapai moksa menurut
agama Hindu dapat dilakukan melalui Tapa,
Brata, Yoga, dan Semadi. Untuk mengendalikan diri dengan melakukan latihan-latihan untuk mengatasi Sadripu disebut
dengan Tapa, Brata, sebab apabila Sadripu kita sudah dapat kendalikan maka
jalan mencapai moksa lebih mudah. Disamping mengendalikan Sad Ripu, kita juga
melakukan latihan-latihan
untuk dapat menyatukan Atman dengan Tuhan yang disebut dengan Yoga dan Semadi,
dengan melakukan konsentrasi yang setepat tepatnya dalam ketenangan dan suasana
syandu sempurna sehingga kita dapat menyatu dengan Tuhan.
Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan sebagai berikut.
Didalam suatu
pesraman di Hutan rimba ada seorang resi yang bernama Resi Suka yang memberikan
dharma wecana kepada murid-muridnya yaitu yoga, semadi diantara murid-murid nya ada seorang raja bernama raja
Jenaka. Raja Jenaka disamping mempunyai
kerajaan yang sangat besar dan kaya juga berkeinginan belajar spiritual
(Yoga,semadi) kepada Resi Suka yang sangat terkenal ilmu spiritualnya. Banyak
ujian-ujian yang
diberikan kepada para siswanya agar dapat mencapai moksa dalam kehidupan ini
dengan meninggalkan keduniawian dengan melepaskan semua keterikatan-keteriktan sehingga Atman menyatu dengan
Brahman.Pada suatu hari Resi Suka agak terlambat memberikan dharma wecana
sehubungan Raja Jenaka ada keperluan kerajaan yang sangat mendesak yang tidak
boleh diwakili. Resi Suka dengan sengaja menunggu Raja Jenaka, ingin menguji
kesabaran para muridnya apakah dapat mengekang sad ripu sebagai dasar pelajaran
Yoga.
Dari pengamatan Resi Suka
banyak para muridnya gelisah dan gusar dan kadang-kadang timbul marah tidak sabar menunggu
sampai ada yang protes bahwa pelajaran dimulai saja, mengapa kita dibeda-bedakan orang biasa dengan raja Setelah
raja datang dharma wecana baru dimulai dan resi Suka memberikan wejangan, kita
harus dapat mengendalikan sad ripu sehingga kita dapat ketenangan bathin.
Setelah dharma wecana selesai maka pelajaran dilanjutkan dengan yoga, semadi,
dan pelajaran ini harus dilakukan dengan konsentrasi pikiran secara penuh.
Dengan suasana hening
sepi hanya suara jengkrik yang kedengaran, para muridnya sedang asyik melakukan
yoga semadi, tiba-tiba
Resi dengan berteriak bahwa sedang ada kebakaran di kota kerajaan, murid-muridnya pada bubar berlari lari pergi ke
kota kerajaan ingin menyelamatkan harta dan rumahnya yang kebakaran. Tetapi
raja Jenata tidak bergeming sedikitpun, dia telah masuk dalam keadaan Semadi,
beliau berbahagia dalam Atman.
Resi mengamati wajah raja
dengan perasaan sangat gembira. Setelah beberapa murid-murid yang lari kembali bahwa dikota
tidak ada kebakaran dan resipun memberikan penjelasan arti dari peristiwa
tersebut. Penundaan mulainya dharma wecana adalah untuk menghormati raja,
karena beliau telah menghapuskan keakuannnya kebanggaannya dan mempunyai kerendahan
hati dan melatih mengendalikan sadripu dan berhasil dengan baik dan ini perlu
dicontoh oleh semua muridnya. Dan peristiwa kebakaran di kota kerajaan
sebenarnya tidak pernah terjadi, peristiwa kebakaran adalah rekayasa Resi dan
ini merupakan ujian dari Resi Suka.Kalau mau berhasil sebagai seorang spiritual
(Yogi) harus berani melepaskan semua keduniawian yaitu keterikatan-keterikatan, tanpa ada kemauan untuk
menghilangkan keterikatan-keterikatan ini tidak mungkin tercapai
tujuannya yaitu sebagai seorang Yogi.
Semua latihan ini
membutuhkan ketekunan, tulus iklas, kesujudan iman dan tanpa pamerih. Pada
akhir-akhir ini
banyak generasi muda sudah melakukan latihan Yoga dan Semadi, dan buku penuntun
untuk yang baru memulai belajar Yoga dan Semadi sudah cukup banyak beredar di
toko buku, dan suasana ini sangat membantu bagi umat hindu untuk belajar
masalah spiritual melalui Raja Marga Yoga.
Diantara keempat Marga
Yoga tersebut diatas semuanya adalah sama tidak ada yang lebih tinggi
kedudukannya, umat Hindu dapat memilih dari keempat Marga Yoga tersebut
tergantung dari bakat masing-masing dan jalan yang satu akan berhubungan dengan yang lain
semuanya akan mencapai tujuan yang sama yaitu Moksa.
2.5 Hambatan – Hambatan Mencapai Moksa
Mencapai
moksa sungguh tidaklah mudah, banyak terdapat hambatan dan rintangan
diantaranya :
1. Masih
melekatnya karma wesana dalam jiwatman.
2. Karena
terbelenggu oleh Awidya / kebodohan
3. Karena ikatan
subha dan asubha karma
4. Karena guna,
rajas dan tamas selalu lebih dominan
5. Citta, Budhi,
Manah dan Ahamkara tidak seimbang
6. Belum dapat
melaksanakan ajaran-ajaran Catur Asrama dengan baik dan benar.
Selain itu menjalankan Spiritual dalam kehidupan
sehari hari sering mengalami kendala, banyak pertanyaan yang timbul terutama
generasi muda, apakah kita melakukan kegiatan spiritual harus mengurangi
kegiatan untuk mencari harta yaitu bekerja (karma). Ada juga yang berpendapat
bahwa melakukan kegiatan spiritual sebaiknya dilakukan setelah MPP (masa
persiapan pensiun) disamping banyak waktu juga tanggung jawab atau kewajiban
sudah berkurang. Pada saat bekerja aktif dimana ada suatu jabatan tidak
memungkinkan untuk melakukan kegiatan spiritual karena disibukkan dengan
pekerjaan yang kadang menyimpang dari Dharma akibat tugas yang membutuhkan
untuk mengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan atasan (manajemen. Pada hal
pada saat menjabatlah memanfaatkan kesempatan untuk menegakkan Dharma yaitu
kebenaran,
setiap keputusan yang diambil harus menguntungkan masyarakat banyak. Kadang
banyak orang yang tidak sabar dalam mengumpulkan harta dalam bidang
pekerjaannya dengan mengambil jalan pintas yaitu KKN (korupsi, kolusi, nepotisme),
pada hal dalam mengumpulkan harta tidak harus ber KKN banyak jalan atau cara
yang ditempuh asal mau sabar dan tetap berlandaskan Dharma.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan
yang sudah dilakukan didapatkan simpulan sebagai berikut:
3.1.1 Moksa
adalah tujuan akhir umat Hindu. Moksa merupakan akhir dari punarbhawa, akhir
dari lahir dan mati, bersatunya atma dengan paramatma, kebebasan yang kekal
abadi. Bersatunya Atma dengan Brahman berarti Atma telah mencapai keadaan “Sat Cit Ananda”, yaitu kebahagiaan yang
kekal abadi/ “sukha tan pawali dukha”.
3.1.2 Berdasarkan atas keadaan Atma dalam
hubungannya dengan Paramatma, maka moksa dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu:
1. Samipya/Jiwan Mukti
2. Sarupya/Sadarmya
3. Salokya/Karma
Mukti
4.
Sayugya/Purna
Mukti
3.1.3 Berdasarkan tingkatannya moksa dapat di bagi menjadi
empat yaitu
1.
Moksa
2.
Adi
Moksa
3.
Parama
Moksa
Berdasarkan
jenisnya moksa dapat di bagi menjadi dua yaitu:
1.
Wideha
Mukta ( Moksa setelah mati )
2.
Jiwa
Mukta ( Moksa saat hidup )
3.1.4 Cara mencapai
moksa
1. Dharma
2. Mendekatkan
diri dengan Ida Shang Hyang Widhi Wasa
3. Kesucian
4. Catur Marga
3.1.5 Hambatan
Mencapai Moksa
1. Masih melekatnya karma wesana dalam
jiwatman.
2. Karena terbelenggu oleh Awidya / kebodohan
3. Karena ikatan subha dan asubha karma
4. Karena guna, rajas dan tamas selalu lebih
dominan
5. Citta, Budhi, Manah dan Ahamkara tidak
seimbang
6. Belum
dapat melaksanakan ajaran-ajaran Catur Asrama dengan baik dan benar.
3.2 Saran
Keterikatan
adalah Moha, kebebasan adalah Moksa, selama kita masih menderita keterikatan,
Moksa tidak mungkin dapat dicapai. Kadang kita agak sulit melepaskan keterikatan
dan ini memerlukan latihan secara rutin. Untuk mengendalikan Sad Ripu saja
tidak mudah, membutuhkan kesabaran dan ketekunan dan kita selalu melakukan
introspeksi terhadap diri kita sendiri sampai dimana kita telah melakukan
latihan. Apalagi kita akan melakuan Catur Marga Yoga memang membutuhkan mental
yang tangguh tidak mudah menyerah dan kita harus tahu kemampuan kita terutama
bakat yang dikarunia oleh Yang Widhi Wasa sehingga dalam melaksanakan salah
satu Catur Marga kita tidak mendapat halangan atau kendala sehingga dengan
waktu yang relatif singkat kita sudah dapat melakukan dengan sempurna walaupun
belum mencapai Moksa tetapi kita sudah rasakan hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Maswinara, I wayan.
Konsep Panca Srada, Paramita,
Surabaya, 2002.
Jondra, Wayan dr. Cara Mencapai Moksa Di jaman Kali,
Yayasan Dharma Naradha, Denpasar, 1998.
Nala, Ngurah, dkk. Moksartam Jagaddhita, Upada Sastra,
Denpasar, 1995.
Sudirga, Ida Bagus. Widya Dharma Agama Hindu Untuk Kelas XI SMA,
Ganeca Exact, Denpasar, 2004.
Tim Penyusun. Pendidikan Agama Hindu Perguruan Tinggi,
Human Sakti, Jakarta, 1996.
Mudana, Inengah,
dkk. Moksartam Jagadhitam, Upada
Sastra, Denpasar, 1995.
Klijaya, I gede. Pengantar Agama Hindu, Setia Kawan,
Denpasar, 1984.
Wiana, Ketut. Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan,
Pustaka Manik Geni, jakarta, 1993.
Swami Siva Nanda, Inti Sari Ajaran Agama Hindu, Paramita,
Surabaya,1993.
............................,
jnana Vahini ( Pancaran Kebijaksanaan ), YSSS Indonesia, Jakarta, 1991.
Sukartha, I Ketut, dkk. Widya Dharma Agama Hindu Untuk SMP Kelas VII,
Ganeca Exact, Denpasar, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar