Selasa, 28 Januari 2014



UTS
Saiva Siddhanta I



Pertanyaan :

1. Jelaskan proses penyebaran Saiva Siddhanta dari India sampai ke Bali!
2. Sebutkan dan jelaskan sekta-sekta Saiva Siddhanta!
3. Jelaskan bentuk kristalisasi Saiva Siddhanta di Bali!
4. Apakah saudara beragama Hindu? Jelaskan!
5. Bagaimana saudara menyikapi terhadap adanya sampradaya Hari Krsna dan Saibaba dalam konsep Saiva Siddhanta?





















Penjelasan :

1. Proses penyebaran Saiva Siddhanta dari India sampai ke Bali.
          Siwaisme yang berkembang di India, merupakan asal mula dari agama Hindu. Berawal dari kelahiran dan perkembangan paham Sivaisme di daerah Jammu dan Kashmir, di sekitar pegunungan Himalaya (Parvata Kailasa). Di wilayah Jammu dan Kashmir, terdapat lembah sungai Sindhu, di lembah inilah cikal bakal kehadiran paham Sivaisme pertama kali di India, dan berkembang pesat ke seluruh India, dan wilayah diluar India, salah satunya adalah Indonesia. Saiva Siddhanta mula-mula berkembang di India Tengah (Madyapradesh), yang kemudian disebarkan ke India Selatan yang dipimpin oleh Maharsi Agastya. Sekta Saiva Siddhanta dipimpin oleh Maharsi Agastya di daerah Madyapradesh (India Tengah) kemudian menyebar ke Indonesia. Di Indonesia seorang Maharsi pengembang sekte ini yang berasal dari pasraman Agastya Madyapradesh dikenal dengan berbagai nama, antara lain: Kumbhayoni, Hari Candana, Kalasaja, dan Trinavindu. Yang popular di Bali adalah nama Trinavindu atau Bhatara Guru, begitu disebut-sebut dalam lontar kuna seperti Eka Pratama. Setelah Maharsi Agastya menyebarkan sekta Saiva Siddhanta ini, kemudian dikembangkan oleh Maharsi yang lainnya,  yaitu, Danghyang Markandeya, Mpu Sangkulputih, Mpu Kuturan, Mpu Manik Angkeran, Mpu Jiwaya, dan Danghyang Dwijendra. Sehingga sampai saat ini agama Hindu di Bali dijiwai oleh ajaran Saiva Siddhanta.

2. Sekta-sekta Saiva Siddhanta.
          Saiva Siddhanta mencakup sekta-sekta yang dulu pernah ada di Bali, yaitu :
1)  Sekta Pasupata, ciri khas sekta ini adalah pemujaan terhadap Lingga, yang kemudian ajaran Saiva Siddhanta juga menekankan pemujaan Lingga berupa arca-arca.
2)  Sekta Waisnawa, dibuktikan dengan adanya unsur-unsur dan pelaksanaan upacara dan upakara yang sama antara Waisnawa dengan Saiva Siddhanta.
3)  Sekta Bhairawa, penggunaan arak, tuak, dan brem serta adanya upacara tabuh rah merupakan tradisi sekta Bhairawa yang kemudian masuk dalam sekta Saiva Siddhanta.
4)  Sekta Sora, dalam sekta ini memiliki bentuk upacara Surya Sewana yaitu pemujaan terhadap Dewa Surya, dan Sekta Saiva Siddhanta juga mencakup upacara tersebut dalam pelaksanaan upacaranya.
5)  Sekta Bodha atau Sogatha, dalam prasasti Sukawana di Bangli yang memuat angka 882 Masehi, menyebutkan adanya tiga tokoh Agama, yaitu Bhiksu Sivaprajna, Bhiksu Siva Nirmala dan Bhiksu Sivakangsita yang membangun pertapaan di Kintamani, yang menunjukkan kemungkinan telah terjadi sinkretisme antara Saiva dan Budha di Bali. Bila dilihat perkembangannya, kedua aliran Agama tersebut sesungguhnya berasal dari pohon yang sama yaitu ajaran Hindu. Kemudian ketiga sekta yang lainnya yaitu Sekta Rsi, Brahmana, dan Ganaptya luluh dalam Saiva Siddhanta. Hal ini agar memudahkan penganut ajaran sekta-sekta tersebut menyatukan konsepsi pemujaan.

3. Bentuk kristalisasi Saiva Siddhanta di Bali.
          Siddhanta artinya akhir dari sesuatu yang telah dicapai, yang maksudnya adalah sebuah kesimpulan dari ajaran yang sudah mapan. Ajaran ini merupakan hasil dari akulturasi dari banyak ajaran Agama Hindu. Didalamnya kita temukan ajaran Veda, Upanisad, Dharmasastra, Darsana (Samkya Yoga), Purana dan Tantra. Ajaran dari sumber - sumber tersebut berpadu dalam ajaran Tattwa yang menjadi jiwa atau intisari Agama Hindu di Bali. Dalam realisasinya, tata pelaksanaan kehidupan umat beragama di Bali juga menampakkan perpaduan dari unsur-unsur kepercayaan nenek moyang. Wariga, Rerainan (hari raya) dan Upakara sebagian besarnya merupakan warisan nenek moyang. Warisan ini telah demikian berpadu serasi dengan ajaran Agama Hindu sehingga merupakan sebuah satu kesatuan yang bulat dan utuh. Dengan demikian, Agama Hindu di Bali mempunyai sifat yang khas sesuai dengan kebutuhan rohani orang Bali dari jaman dahulu hingga sekarang. Adapun bentuk kristalisasi Saiva Siddhanta yaitu, pelaksanaan upacara yang sama dengan sekta-sekta yang lainnya, tempat suci atau pura yang merupakan salah satu bentuk kristalisasi dari Saiva Siddhanta dengan sekta yang lainnya, konsep Ketuhanan yang juga merupakan kristalisai atau penyatuan agar menjadi satu konsep pemujaan yaitu pemujaan kepada Tri Murti dan Tri Purusa.

4. Apakah saudara beragama Hindu?
          Ia, karena selain dari keturunan orang tua saya juga sudah melaksanakan yang namanya Dharma kewajiban dari ajaran agama Hindu, seperti Sembahyang, Beryadnya, Menyabaraya dll. Walaupun tidak sepenuhnya saya laksanakan dengan baik ajaran-ajaran agama Hindu tersebut, saya meyakini akan ajaran-ajaran agama Hindu dan memuja kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pemikiran saya bahwa agama Hindu sifatnya fleksibel dan universal, menyesuaikan dengan tempat, ruang dan waktu. Agama Hindu boleh pelaksanaannya dalam bentuk apapun asalkan tidak keluar/menyimpang dari Veda yang merupakan kitab suci agama Hindu.

5. Sikap saya tentang adanya Sampradaya Hari Krsna dan Saibaba dalam konsep Saiva Siddhanta.
          Sampradaya Hari Krsna dan Saibaba dalam konsep Saiva Siddhanta bagi saya tidak menjadi suatu permasalahan, karena asalkan tidak menimbulkan konflik diantara penganut-penganut ajaran tersebut. Dan perlu adanya kesatuan konsepsi pemujaan terhadan Tuhan/ Sang Hyang Widhi Wasa agar tidak terjadi permasalahan diantara penganutnya. Sampradaya Hari Krisna dan Saibaba harus menghormati dan mengikuti serta menyesuaikan dengan ajaran Saiva Siddhanta yang telah lama ada di Bali. Perlu adanya sikap toleransi diantara penganut ajaran ini, sehingga tidak ada prasangka-prasangka buruk diantara penganut. Dan diantara penganut tidak ada egoisme terhadap keyakinan masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar