KATA
PENGANTAR
“Om
Swastyastu”
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Widi Wasa, Karen atas asung
kerta wara nugrahaya-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “ pengaruh
Hindu dan Budha dinusantara”. Dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyusun makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
matakuliah “ Sejarah Kebudayaan Hindu”.
Dan kami juga ingin mengetahui tentang sejarah perkembangan kerajaan-kerajaan yang
pernah ada dinusantara yang dipengaruhi oleh Hindu-Budha, yang mengnyangkut tentang : Prastasti, Arca-arca,dan
Sekte-sektenya.
Dalam kami menyusun makalah ini banyak pihak yang membantu.
Diantaranya baapk I Made Arsa Wiraguna SST, Par, M.PD.H. Selaku
dosen pengampu matakuliah Sejarah kebudayaan Hindu, kami kami ucapkan trimakasih
kepada beliau karena atas bimbingannya kami bisa menyusun makalah ini dengan
baik. Dan ucapan trimakasih kepada temenan-temenan dan keluarga atas kerjasama
dan bantuannya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami sususn ini belum
sempurna, maka dari itu kami mohon kritik dan saran dari yang membangun dari
pembaca demi penyempurnaan makalah kami ini. Semoga makalah yang kami susun ini
dan maanfaatnya bagi pembaca.
“Om Santih, Santih, Santih, Om”
Singaraja, November 2011
Penyusun
Kelompok II
PAH/III.B
|
DAFTAR ISI
Hal
COVER…………………………………………………….……………
i KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………… iii
BAB
I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.1. Latar
Belakang………………………………………………….. 1
1.2. Rumusan
Masalah………………………………………………. 1
1.3. Tujuan…………………………………………………………... 2
BAB
II PEMBAHASAN…………………………………………………… 3
2.1 Kerajaan
Kutai………………………………………………...... 3
2.2 Kerjaan
Tarumanegara………………………………………….. 3
2.3 Kerajaan
Sriwijaya…………………………………………….... 5
2.4 Kerajaan
Mataram……………………………………………..... 8
2.5 Kerajaan
Medang Kemulan……………………………………. 10
2.6 Kerajaan
Kediri………………………………………………... 10
2.7 Kerajaan
Singasari……………………………………………... 12
2.8 Kerajaan
Majapahit …………………………………………… 13
2.9 Kerajaan
Pajajaran……………………………………………... 16
2.10 Kerajaan
Bali ………………………………………………….. 18
BAB
III PENUTUP………………………………………………………. 19
3.1. Kesimpulan……………………………………………………... 19
3.2. Saran……………………………………………………………. 19
DAFTAR
PUSTAKA
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman reformasi ini , pengetahuan
dan pemahaman seseorang terhadap sejarah sudah berkurang. Dan seakan-akan
sejarah tidak pernah lagi diingat,sejarah hanyalah tinggal sejarah saja. Tanpa
dipelajari atau dipahami. Begitupula dengan perkembangan Agama dan kebudayaan
Hindu-Budha dari India ke Indonesia.Agama Hindu-Budha merupakan dua agama besar
di dunia yang pertama kali berkembang di Indonesia. Kedatangan agama dan
kebudayaan Hindu-Budha sangat mempengaruhi aspek kehidupan bangsa Indonesia
sehingga mempengaruhi kebudayaan nusantara. Diantara pengaruhnya terhadap seni
bangunan,terhadap seni rupa,terhadap seni sastra dan aksara, terhadap sistem
pemerintahan dan kepercayaan.
Perkembangan kebudayaan Hindu-Budha mempengaruhi sistem pemerintahan
yaitu munculnya kerajaan-kerajaan di Indonesia dan kepercayaan terhadap agama
Hindu dan Budha. Kita harus mengetahui sejarah-sejarah perkembangan agama
Hindu-Budha di Indonesia karena banyak peninggalan-peninggalannya yang sampai
sekarang masih ada,diantaranya Candi Borobudur,Candi Prambanan,Tirta Empul di
Bali. Semua itu adalah hasil peninggalan kerajaan-kerajaan yang pernah ada di
Indonesia. Jadi kita sebagai generasi muda Hindu sangat perlu mengetahui
sejarah-sejarah kerajaan-kerajaan beserta prasasti,Candi,Sekte-sekte(kepercayaan),dalam
kerajaan yang pernah ada di Indonesia.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Bagaimana tentang pengaruh kebudayaan
Indonesia pada masa pengaruh Hindu-Budha dengan berbagai hasil kebudayaan diantaranya
kerajaan, prasasti, candi dan kepercayaan.
1.3
Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan Indonesia
pada masa pengaruh Hindu-Budha dengan berbagai hasil kebudayaan diantaranya
kerajaan, prasasti, candi dan kepercayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Akibat
pengaruh dari India, di Indonesia berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu-Budha, di antaranya terdapat Kerajaan Awal yaitu Kerajaan Kutai dan
Tarumanegara, Kerajaan Maritim Sriwijaya dan Kerajaan Agraris diantaranya
Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Medang Kumulan, Kerajaan Kediri, Kerajaan
Singasari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Bali.
2.1 Kerajaan
Kutai
Kutai merupakan
kerajaan tertua di Indonesia, terletak di tepi sungai Mahakam, Kalimantan
Timur. Raja pertama yang memerintah kutai bernama Kudungga. Raja Kudungga
mempunyai putra yang bernama Aswawarman dan Aswawarman mepunyai tiga orang
putra, yang terkenal ialah Mulawarman. Raja Mulawarman dipandang sebagai raja
yang mulia dan berhasil membawa kejayaan Kutai. Ini dibuktikan dengan adanya
selamatan dengan memberikan 20.000 ekor sapi, pemberian hadiah atau sedekah
yang berlimpah. Setelah Raja Mulawarman wafat penguasa selanjutnya tidak di
ketahui karena tidak di temukan sumber-sumber kerajaan kutai lagi. Hasil kebudayaan yang besar
dari Kerajaan Kutai adalah tujuh buah prasasti dalam bentuk Yupa. Yupa ialah tugu
batu peringatan upacara kurban. Yupa itu ditulis dengan huruf Pallawa dan
bahasa Sansekerta. Kehidupan budaya kerajaan Kutai sudah sangat maju karena
sudah mengenal tulisan dan bisa menerima pengaruh asing. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat Kutai telah berkomunikasi dengan bangsa asing. Kepercayaan
yang dianut kerajaan Kutai ialah kepercayaan Hindu.
2.2 Kerajaan
Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara
terdapat di daerah Jawa Barat. Raja yang memerintah adalah Purnawarman. Hasil
budaya yang terkenal pada Kerajaan Tarumanegara adalah tujuh buah prasasti yang
merupakan hasil dari dalam negeri yang
lima diantaranya ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta,
sedangkan dua diantaranya belum berhasil dibaca. Prasasti tersebut ialah :
2.2.1 Prasasti Ciareteun.
Prasasti ini ditemukan dekat
muara sungai cisadane, Bogor. Didalam prasasti terdapat cap telapak kaki Raja Purnawarman
yang merip telapak kaki Dewa Wisnu.
2.2.2 Prasasti Kebon Kopi.
Prasasti ini ditemukan di Cibungbulan, Bogor.
Dalam prasasti ii terdapat gambaran dua telapak kaki gajah yang disamakan
dengan telapak gajah Airawata (gajah kendaraan Dewa Wisnu). Isi prasasti ini
tidak dapat dibaca karena ada bagian tulisan yang sudah usang.
2.2.3 Prasasti Jambu.
Prasasti ini ditemukan di
Bukit Kolengkak, kira-kira 30km sebelah barat Bogor. Prasasti ini berisi
sanjungan terhadap kebesaran, kegagahan, dan keberanian Raja Purnawarman.
2.2.4 Prasasti Tugu.
Prasasti ini ditemukan di
Kelurahan Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini nerupakan peninggalan Kerajaan
Tarumanegara yang isinya atara lain tentang penggalian sebuah saluran sepanjang
6.112 tombak (lebih dari 11km), yang bernama Gomati. Pekerjaan penggalian
diselesaikan dalam waktu 22hari. Setelah selesai, diadakan selamatan dimana
Raja Purnawarman memberikan hadia 1000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.
2.2.5 Prasasti Lebak.
Prasasti ini ditemukan pada
tahun 1947. Prasasti ini terdiri atas dua baris kalimat. Corak tulisannya mirip
seperti tulisan Prasasti Tugu. Isinya memuji kebesaran dan keagungan Raja
Purnawarman.
2.2.6 Prasasti Pasir Awi dan Muara Cianten.
Kedua Prasasti ini ditulis dengan
huruf ikal dan belum dapat dibaca.
Selain itu tedapat juga beberapa
Sumber Luar Negeri Kerajaan Tarumanegara yang berasal dari luar negeri berupa
berita Cina, yaitu sebagai berikut :
2.2.1 Berita Fa Hien
Fa Hien adalah seorang
pendeta budha yang akan kembali ke Cina dari ziarah di India. Pada tahun 414,
ia terpaksa singgah di Ye-po-ti karena kapal yang ditumpanginya mengalami
kerusakan. Dalam bukunya yang berjudul Fa
Kao Chi, Fa Hien menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai
orang beragama Budha. Di daerah tersebut yang banyak adalah orang-orang
beragama Hindu dan sebagian masih menganut animisme.
2.2.2 Berita Dinasti Sui
Berita ini mengatakan bahwa
pada tahun 528-538 telah datang utusan dari tumolo yang terletak disebelah
selatan Cina.
2.2.3 Berita Dinasti Tang.
Berita ini, bahwa pada tahun
666 dan 669 telah datang utusan dari
tomolo. Kemungkinan yang dimaksud dengan Ye-po-ti dan tomolo diatas adalah
Tarumanegara karena secara ponetis penyesuaian kata-kata diatas adalah mungkin.
Setelah itu kehidupan kebudayaannya sudah mengenal tulisan dan
menerima pengaruh asing ditandai dengan kemampuan masyarakat berkomunikasi
dengan bangsa asing, bisa menerima pengaruh agama dan kebudayaan Hindu, serta
berkembangnya sistem kalender dengan nama bulan Palghuna dan Caitra. Nama bulan
ini sama dengan bulan Februari dan April menurut kalender Masehi. Kepercayaan
yang dianut kerajaan Tarumanegara ialah kepercayaan Hindu aliran Wisnu, karena
Raja Punawarman menganut aliran Wisnu.
2.3 Kerajaan
Maritim Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan
Budha terbesar yang pernah ada di Indonesia. Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya
berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Sebagai berikut :
2.3.1 Sumber dalam Negeri
Berita mengenai Kerajaan Sriwijaya di
Sumatra dapat kita peroleh dari prasasti yang ditemukan di Sumatra dan Bangka.
Prasasti-prasasti yang berangka tahun 684-775 tersebut menggunakan huruf
Pallawa dan bahasa Melayu kuno. Prasasti-prasasti itu antara lain sebagai
berikut :
1) Prasasti Kedukan Bukit.
Prasasti ini ditentukan di
Kedukan Bukit, di tepe Sungai Talang
dekat Palembang, berangkat tahun 605 Saka atau 684 M, menggunakan huruf
Pallawa dan bahasa melayu kuno. Isi prasasti ini menyatakan bahwa Dapunta Hyang
mengadakan perjalanan suci dengan perahu dan membawa 20.000 orang. Dalam
perjalanan tersebut dia berhasil menaklukkan bebrapa daerah. Sehingga dengan
kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.
2) Prasasti Talang Tuwo.
Prasasti ini di temukan sebelah barat Palembang, berangka
tahun 606 saka atau 684 M. Isinya menyebutkan tentang pembuatan sebuah taman
yang diberinama Sriksetra. Taman ini dibuat oleh Dapuntahyang untuk kemakmuran
semua mahluk dan terdapat doa-doa yang jelas bercorak agama Budha Mahayana.
3) Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditemukan dekat Palembang, tidak berangka
tahun isinya berupa kutukan bagi rakyat yang melakukan kejahatan dan tidak taat
pada perintah Raja.
4) Prasasti Kuta Kapur
Parasasti ini ditemukan dipulau Bangka, berangka tahun 689.
Isi prasasti ini adalah berupa permintaan kepada para dewa yang menjaga
kesatuan Sriwijaya, unutk menghukum setiap orang yang bermaksud jahat dan
durhaka terhadap kekuasaan Sriwijaya. Prasasti ini juga menjelaskan tentang
usaha kerajaan Sriwijaya untuk menaklukan Jawa.
5) Prasasti Karang Beahi.
Ditemukan didaerah Jambi Hulu. Isinya menyatakan berupa
permintaan kepada para dewa yang menjaga kesatuan Sriwijaya, unutk menghukum
setiap orang yang bermaksud jahat dan durhaka terhadap kekuasaan Sriwijaya.
Prasasti ini berangka tahun 689.
6) Prasasti Palas Pasemah.
Prasasti ini ditemukan di Lampung Selatan, tidak berangka
tahun. Isinya tentang kutukan bagi mereka yang tidak setia kepada raja
Sriwijaya yang tidak setia pada Raja Sriwijaya.
2.3.2 Sumber Luar Negeri.
1) Prasasti Ligor
Ditemukan disemenanjung malanya, berangkat tahun 775 dan
berbahasa sangsekerta. Isinya menerangkan bahwa kerajaan Sriwijaya mendirikan
sebuah pangkalan disemenajung malaya, tepatnya di daerah Ligor.
2) Prasasti Nalanda
Prasasri ini berada di Nalanda, India, diperkirakan berasal
dari abad ke 9. Isi isinya tentang pemberian hadiah tanah dari Raja
Dewapaladewa untuk keperluan pendirian sebuah bangunan vihara.
3) Prasasti Tanjore
Prasasti ini ditemukan di Tanjore, India Selatan.
Berdasarkan Prasasti ini dapat diketahui bahwa serangan Raja
Rajendrakolamandala tahun 1030 telah menyebabkan Raja Sriwijaya tertawan.
Sedangkan sebelumnya, iya itu pada tahun 1023 Rajendrakolamandala mengadakan
serangan secara besar-besaran terhadap Raja Kandaram (Kataha) dan Sriwijaya.
4) Berita Cina
Sumber sejarah Sriwijaya berasal dari kesaksian I Tsing,
Dinasti Sung dan Dinasti Ming.
(1) Berita I Tsing
I Tsing adalah pendeta agama Budha. Pada tahun 762 dalam
perjalanannya ke India untuk belajar agama Budha ia singgah di Kerajaan
Sriwijaya disana terdapat 1000 orang pendeta yang menguasai agama seperti di
India.
(2) Berita Dinasti Sung
Dinasti ini menyatakan bahwa antara tahun 971-992 telah
datang berkali-kali utusan dari Sriwijaya ke Cina. Namun utusan tersebut tidak
segera pulang, tetapi singgah di Kanton karena Sriwijaya diserang oleh Kerajaan
Shepo (Jawa)
(3) Berita Dinasti Ming
Dinasti ini mengatakan bahwa pada tahun 1376 Kerajaan
Sriwijaya telah ditundukkan oleh Raja dari Jawa (Majapahit)
5) Berita Arab
Berdasarkan catatan dari Ibnu Kordabeh (844-848)
memberitakan bahwa Raja Sabaq menguasai banyak pulau disekitar lautan Cina
Selatan.
Kerajaan Sriwijaya memiliki
kebudayaan yang tinggi terbukti dengan prasasti yang ditemukan tidak lagi
menggunakan bahasa Sansekerta, tetapi sudah menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Hasil peninggalannya berupa prasasti, Arca Buddha di Bukit Siguntang, bangunan
suci di Jambi, kompleks Candi Muara Takus, beberapa bangunan suci di Gunung Tua
(Padang Lawas) dan Arca Awalokiteswara yang ditemukan di Tapanuli Selatan. Kepercayaan
yang dianut kerajaan Sriwijaya ialah kepercayaan Bhuda.
.
2.4 Kerajaan
Mataram Kuno
Sebelum
Sanjaya berkuasa, Mataram Kuno diperintah oleh Raja Sanna (Paman Sanjaya).
Prasasti-prasasti pada masa kerajaan ini, ditulis dengan huruf dan bahasa yang
beragam. Ada yang ditulis dengan huruf Pallawa dan huruf Pranagari, serta
menggunakan bahasa Sansekerta dan Kawi Sumber sejarah Kerajaan Mataram kuno berasal dari
beberapa prasasti sebagai berikut:
a)
Prasasti
Tuk Mas
Ditemukan di desa Dakwu,lereng Gunung Merbabu,tidak berangka tahun,menggunakan huruf pallawa dan berbahasa
Sansekerta.Berdasarkan bentuk hurufnya,Prasasti Tuk Mas diperkirakan berasal
dari tahun 500.
b)
Prasasti
Sojomerto
Ditemukan di desa Sojomerto,Kabupaten Batang(Jawa Tengah ) berhuruh
pallawa dan berbahasa Melayu kuno.prasasti ini diperkirakan berasal dari abad
ke-7.Prasasti ini menyebutkan mengenai keluarga Dapunta Syailendra, ayahnya
bernama Santanu dan ibunya bernama Bhadrawati,serta istrinya Sampala yang
menganut agama Hindu Syaiwa.
c)
Prasasti
Canggal
Ditemukan didesa canggal,Gunung Wukir.Prasati ini menggunakan
huruf Pallwa,berbahasa Sansekerta dan berangka tahun dalam bentuk
Candra sangkala yang berbunyi sruti
indria rasa atau tahun 654 saka
atau 732 M
Isi prasasti canggal antara lain tentang pendirian sebuah lingga di
desa kunjarakunya oleh raja sanjaya.
d)
Prasasti
Kalasan
Di temukan di desa Kalasan(Yogyakarta) berangka tahun 778,menggunakan
huruf pranagari dan berbahasa Sansekerta.Prasati Kalasan menceritakan Raja
Panangkaran atau Maharaja Tejahpurnapana Panangkaran yang menghadiahkan desa
Kalasan kepada para sanggha.
e)
Prasasti
Klurak
Prasati ini berangka tahun 704 Saka atau 782 M Ditulis dengan huruf
Pranagari dan berbahasa Sansekerta.Isinya menceritakan tentang pembuatan sebuah
bangunan suci dan Arca Manjusri oleh Raja Indra.Mungkin yang dimaksud dengan
bangunan Arca Manjusri adalah Candi Sewu yang letaknya disebelah utara Candi
Parambanan.
f)
Prasasti
Mantyasih
Prasasti ini ditemukan di desa Mantyasih,Kedu,Jawa Tengah.Prasasti ini
menggunakan bahasa Jawa Kuno,dibuat oleh raja Balitung.Berisi tentang silsilah
raja-raja Mataram mulai dari Sanjaya sampai Dyah Balitung.
g)
Prasasti
Manggu Antan
Prasati ini menjelaskan tentang pemerintahan Rakai Kayuwangi yang
memerintah di Jawa Tengah tahun 886 dan Sri Maharaja Rakai Limis Dyah Dewantara
tahun 890.
Penguasa Matara Kuno banyak
membangun candi-candi yang bercorak Hindu dan Buddha diantaranya :
1) Candi Sewu; Candi Buddha yang dibangun semasa pemerintahan Raja
Indra dari Dinasti Syailendra.
2) Candi Borobudur; Candi Buddha dibangun pada masa pemerintahan
Raja Wisnu dan selesai pada masa pemerintahan Raja Samarattungga dari Dinasti
Syailendra.
3) Candi Loro Jonggrang; Candi Hindu dibangun pada masa
pemerintahan Rakai Pikatan dan selesai pada masa pemerintahan Raja Daksa.
4) Candi Hindu lainnya; Candi Sambisari, Gedongsongo, Dieng dan
Ratu Boko.
5) Candi Buddha lainnya; Candi Kalasan, Pawon dan Mendut
Kepercayaan yang dianut kerajaan Mataram Kuno ialah kepercayaan Hindu
Siwa, karena salah satu peninggalan kerajaan Mataram Kuno iaitu Prasasti
Sojomerto yang menyebutkan yang mengenai keluarga Dapunta Sailendra.
2.5 Kerajaan
Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kumulan merupakan
kerajaan tersendiri karena diperintah oleh dinasti baru, yakni Dinasti Isyana. Prasasti
yang ditemukan di daerah Bangil menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintahkan
pembuatan sebuah candi sebagai tempat pemakaman ayah dari permaisurinya yang
bernama Rakryan Bawang. Prasasti Mpu Sindok dari Lor (dekat Nganjuk) yang
paling berangka tahun 939, menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintahkan
pembuatan sebuah candi yang bernama Jayamarta dan Jayastambho (tugu kenangan)
di desa Anyok Lodang. Peninggalan candi lainnya, yaitu kompleks Candi Belahan
di lereng Gunung Penanggungan. Candi ini merupakan tempat perabuhan jenazah
Airlangga. Selain prasasti, Kerajaan Medang Kamulan juga banyak menghasilkan
kitab yaitu kitab Sang Hyang kamahayanikan
dan kitab Arjuna Wiwaha karya Mpu
Kanwa. Kitab ini menjelaskan pengalaman dan kehidupan Airlangga. Kepercayaan yang dianut kerajaan Medang Kemulan ialah kepercayaan
Hindu.
2.6 Kerajaan
Kediri
Sepeninggal
Airlangga, Kerajaan Medang Kamulan dibagi menjadi dua, yaitt Kerajaan Jenggala
dengan ibu kota Kahuripan dan Kerajaan Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Daha.
Maksud Airlangga membagi kerajaan menjadi dua adalah untuk mence¬gah perang
saudara. Tetapi upaya tersebut mengalami kegagalan. Dalam perkem¬bangan
selanjutnya, terjadi pertikaian antara Jenggala dan Kediri. Perseteruan ini
berakhir dengan kekalahan Jenggala. Dua kerajaan tersebut kembali dipersatukan
di bawah kekuasaan Kediri.
Sumber sejarah Kerajaan Kediri berasal
dari dalam negeri dan luar negeri. Sumber-sumber tersebut adalah sebagai
berikut :
a)
Sumber Dalam Negeri
Sumber dari dalam negeri berupa
prasasti dan kitab-kitab yang berhubungan dengan Kediri. Sumber-sumber tersebut
antara lain sebagai berikut.
(1) Prasasti Malenga
Prasasti tembaga ini
ditemukan di desa Banjararum, Tuban, Jawa Timur. Dalam prasasti ini disebutkan
nama seorang raja yang memerintah seki¬tar tahun 1052. Dalam prasasti ini
diceritakan bahwa Sri Maharaja Mampanji Garasakan berhasil mengalahkan musuhnya
yang bernama Haji Linggajaya dan berhasil mengusirnya dari istana di Tanjung.
(2) Kitab Arjunawiwaha
Karya Mpu Kanwa ini
ditulis pada tahun 1035, isinya tentang kehidup¬an Airlangga.
(3) Kitab Baratayudha
Kitab karya Mpu Sedah
dan Mpu Panuluh ini berisi tentang peringatan kemenangan Raja Jayabaya terhadap
Panjalu.
(4) Kitab Smaradhana
Kitab ini adalah hasil
karya Mpu Dharmaja. Dalam kitab ini, raja dipuji sebagai titisan Kamajaya.
Permaisurinya bernama Sri Kirana atau putri Candrakirana yang berasal dari
Kerajaan Jenggala.
b) Sumber Luar Negeri
Sumber sejarah Kerajaan Kediri yang
berasal dari luar negeri datang dari Cina. Sumber-sumber tersebut antara lain
sebagai berikut.
(1) Kitab Ling-wai-tai to
Kitab ini disusun oleh
Chou Ku Fei tahun 1178. Isinya memberikan gambaran tentang keadaan pemerintahan
dan masyarakat pada zaman Kerajaan Kediri.
(2) Kitab Chu-fan-chi
Kitab ini ditulis oleh
Chan Ju Kua. Kitab ini menjelaskan tentang kehidupan politik, ekonomi, sosial,
dan budaya masyarakat Kediri.
Kepercayaan yang dianut kerajaan Kediri ialah kepercayaan Hindu
Waisnawa karna Raja Airlangga dianggap sebagai penjelmaan dewa wisnu.
2.7 Kerajaan
Singasari
Kerajaan
Singasari berdiri pada tahun 1222. Berdirinya kerajaan ini berawal dari
keberhasilan Ken Arok menggulingkan penguasa Tumapel yang bernama Tunggul
Aametung. Ketika itu Tumapel menjadi bagian dari penguasa Kerajaan Kediri.
Kedudukan Ken Arok semakin meningkat setelah mendapat dukungan dari kalangan
brahmana untuk membentrok melawan Kediri yang dipimpin oleh Raja Kertajaya.
Kerajaan kediri di desa Ganter
mengakibatkan tidak ada lagi kerajaan yang berkuasa di Jawa Timur. Hal itu
memberi peluang bagi Ken Arok mendirikan kerajaan baru di Tumapel. Kerajaan
tersebut diberi nama Singasari.
Berita mengenai Kerajaan Singasari
diperoleh dari banyak sumber, berupa kitab, catatan, prasasti, dan benda hasil
budaya berupa bangunan candi. Sumber-sumber itu antara lain sebagai berikut :
1) Kitab Pararaton
Kitab ini isinya
sebagaian besar merupakan cerita mitos dongeng, mulai dari riwayat Ken Arok
yang penuh kegaiban sampai riwayat raja-raja singasari.
2) Kitab Negarakertagama
Kitab ini ditulis pada
tahun 1365 oleh Mpu Pranpanca. Isinya sebagai besar menjelaskan tentang
Kerajaan Majapahit, tetapi juga menceritakan tentang raja yang berkuasa di
Singasari.
3) Kidung Harsyawijaya
Kidung ini menyebutkan
tentang Raja Jayakatwang sebagai samantharaja
(raja bawahan) yang taat pada Raja Kertanegara. Tetapi Jayakatwang dihasut oleh
patihnya, sehingga akhirnya menyerang Kertanegara.
4) Arca Joko Dolok
Arca Kertanegara yang
terletak di Taman Simpang (Surabaya) ini, disebut juga sebagai Arca Joko Dolok.
Pada lapik (alasnya), tertulis prasasti yang menyebutkan Kertanegara telah
dinobatkan sebagai Jina atau Dhyani Budha.
5) Bangunan Candi
Bangunan-bangunan candi
peninggalan Singasari, antara lain Candi Kidal di Malang, Candi Jago di Waleri,
dan Candi Jawi.
6) Berita Cina
Selain sumber-sumber
tersebut di atas, ada juga sumber-sumber yang berasal dari Cina. Sumber
tersebut menyatakan bahwa Kaisar Kubilai Khan mengirim pasukannya untuk
menaklukan Singasari.
Kehidupan budaya Kerajaan Singasari
berkembang sesuai dengan kehidupan sosial religius masyarakat Singasari. Hasil
budaya Kerajaan Singasari yang dapat diketahui adalah berupa bangunan
monumental atau budaya lainnya yang berhubungan dengan agama. Hasil budaya
Kerajaan Singasari berupa bangunan candi dan arca, antara lain sebagai berikut
:
(1) Candi Kidal merupakan tempat perubahan
jenazah Anusapati.
(2) Candi Jago merupakan tempat perabuan
jenazah Wisnuwardhana.
(3) Candi Singasari merupakan tempat perabuhan
Kertanegara.
(4) Arca Dewi Prajnaparamita yang merupakan
perwujudan Ken Dedes.
(5) Arca Joko Dolok dan Amoghapasa yang
perupakan perwujudan Kertanegara.
Kepercayaan yang dianut kerajaan Singasari ialah kepercayaan Hindu
2.8 Kerajaan Majapahit.
Kerajaan
Majapahit berdiri pads tahun 1293. Tokoh yang berperan merintis berdirinya
Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya, cucu dari Mahesa Campaka. Pada awalnya,
Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang untuk mencari saat yang tepat
melakukan serangan balasan ke Kediri. Berkat jaminan Arya Wiraraja, Raden
Wijaya diterima di Kediri. Bahkan diperbolehkan membuka hutan Tarik (sekarang
Trowulan) untuk dijadikan desa. Di desa itulah persiapan untuk menggulingkan
Jayakatwang dilakukan. Desa itu pula yang mengawali berdirinya Kerajaan
Majapahit.
Berita mengenai Kerajaan Majapahit
yang berasal dari sumber dalam negeri adalah sebagai berikut.
(1) Prasasti Butak
Prasasti ini
mengisahkan keruntuhan Kerajaan Singasari dan peduangan Raden Wijaya untuk
mendirikan Majapahit. Prasasti ini menegaskan keterkaitan antara Singasari dan
Majapahit.
(2) Kitab Pararaton
Kitab ini berisi
tentang Singasari dan raja-rajanya, Berta daftar raja-raja Majapahit setelah
Hayam Wuruk.
(3) Kitab Negarakertagama
Kitab ini ditulis oleh
Mpu Prapanca pads tahun 1365. Isinya menguraikan tentang keadaan kota
Majapahit, daerah jajahannya, perjalanan Raja Hayam Wuruk mengelilingi daerah
kekuasaan, dan daftar candi yang ada. Disebutkan juga tentang raja-raja
Majapahit beserta masa pemerintahannya.
(4) Kitab Sundayana
Kitab ini berisi
tentang Perang Bubat, yaitu perkawinan yang kemudian berubah menjadi
pertempuran antara Sri Baduga Maharaja dengan Gajah Mada. Dalam pertempuran
ini, Sri Baduga Maharaja bersama dengan para pembesar kerajaan terbunuh,
sedangkan Dyah Pitaloka bunuh diri.
(5) Kitab Sorandaka
Kitab ini ditulis dalam
bentuk kidung. Isinya menjelaskan tentang pemberontakan Lembu Sora di Lumajang
terhadap Raja Jayanegara.
(6) Kitab Ranggalawe
Kitab ini juga ditulis
dalam bentuk kidung, isinya tentang kehidupan Ranggalawe dari Tuban.
(7) Kitab Panjiwijayakrama
Kitab ini ditulis dalam
bentuk kidung, isinya menceritakan tenta riwayat Raden Wijaya sampai menjadi
raja.
(8) Kitab Usana Jawa
Kitab ini berisi
tentang penaklukkan Pulau Bali oleh Gajah Mada d Arya Damar, pemindahan keraton
ke Gelgel, dan penumpasan r; raksasa yang bernama Maya Denawa.
Berita mengenai Kerajaan Majapahit yang
berasal dari sumber luar negeri antara lain :
(1) Berita Dinasti Ming
Berita dari Dinasti
Ming (1368-1643) menyebutkan perang antz Wikramawardhana dan Bre Wirabumi.
Sedangkan berita tahun 14 menjelaskan adanya hubungan diplomatik antara Cina
dan Jawa.
(2) Berita Ma Huan
Ma Huan dalam bukunya
yang berjudul Ying-yai, menulis tenta keadaan masyarakat clan keadaan kota
Majapahit.
(3) Berita Portugis
Berita Portugis
menyebutkan bahwa pads tahun 1518, di Jawa masih ada kerajaan kafir di
pedalaman yang dikuasai oleh Pate Udara.
Adapun
peninggalan-peninggalan pada masa Kerajaan Majapahit berupa candi dan karya
sastra diantaranya :
1) Candi Penataran di Blitar
2) Candi Sumber Jati di Blitar
3) Candi Srenggopara di Kapopongan
4) Candi Jabung di Krasakan
5) Candi Surawana di Kediri
6) Candi Pari dekat Porong, dan
7) Candi Waringin Lawang di Trowulan.
Hasil
karya Sastra pada zaman Kerajaan Majapahit dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Sastra Zaman Majapahit
Awal
a) Kitab Negarakertagama
karya Mpu Prapanca,
b) Kitab Sutasoma
karya Mpu Tantular
c) Kitab Pararaton
tidak diketahui pengarangnnya,
d) Kitab Kunjarakarna
tidak diketahui pengarangnya,
2) Sastra Zaman Majapahit
Akhir diantaranya : adalah Kitab Sundayana,
Sorandaka, Ronggalawe, Usana Jawa dan Usana Bali, Paman Canggah, Tantu
Pagelaran, Calon Arang, Korawasrama, Budhuksah, Tantri Kamandaka, dan
Pancatantra.
Kepercayaan yang dianut kerajaan Majapahit ialah kepercayaan Hindu
2.9 Kerajaan Pajajaran.
Setelah runtuhnya Kerajaan
Tarumanegara, di Jawa Barat tidak menunjukkan adanya kegiatan politik atau aktivitas
sebuah kerajaan yang berdiri. Namun diketahui bahwa di Jawa Barat pernah berdiri
sebuah kerajaan yang bernama Pajajaran.
Sumber sejarah Kerajaan Pajajaran dapat
diketahu imelalui sumber dalam negeri dan luar negeri.
2.9.1 Sumber Dalam Negeri
(1)
Prasasti Pangambat
Prasasti ini di temukan
di Bogor, berangka tahun 923, berbahasa Jawa Kuno bercampur dengan bahasa Melayu.
Isinya tentang pengembalian kekuasaan Raja Pajajaran (kemungkinan Kerajaan Pajajaran
pernah dikuasai oleh kerajaan-kerajaan di JawaTimur atau Sriwijaya).
(2)
PrasastiHorren
Prasasti ini berasal dari
Kerajaan Majapahit. Isinya menyebutkan bahwa penduduk dari kampung Horren sering
tidak merasa aman karena adanya gangguan musuh dari arah barat.
(3)
Prasasti Citasih
Prasasti ini berangka tahun
1030, dibuat atas perintah raja yang bernama Maharaja Jayabhupati untuk memperingati
bangunan San Hyang Tapak.
(4)
Prasasti Astanagede
Prasasti ini di temukan
di Kawali, Ciamis, Jawa Barat. Isinya menyatakan tentang perpindahan pusat pemerintah
dari Pakuan Pajajaran ke Kawali.
(5)
Kitab Sundayana
Kitab ini menceritakan kekalahan
pasukan Pajajaran dalam pertempuran di lapangan Bubat (Majapahit). Dalam pertempuran
itu seluruh rombongan dari pajajaran terbunuh.
(6) Kitab Carita Parahyangan
Kitab ini menceritakan bahwa
pengganti Raja Sri Baduga Maharaja setelah Perang Bubat bernama Hyang Wuni Sora.
2.9.2 Sumber Luar Negeri
(1) Berita Portugis
Pada tahun 1512-1521 , Ratu
Samian dari Pajajaran memimpin perutusan ke Malaka untuk mencari sekutu. Pada tahun
1522, utusan Portugis bernama Hendrik de Leme datang ke Pajajaran.
(2) Berita Tome Pires
Tome Pires adalah orang
Portugis yang berlayar ke Indonesia pada tahun 1513. Ia menyatakan bahwa ibu kota
Pajajaran disebut Dayo yang terletak kira-kira dua hari perjalanan dari Sunda Kelapa.
Hasil
karya pada Kerajaan Pajajaran berupa karya sastra seperti Kitab Carita Parahyangan yang berasal dari
abad ke-16. Kitab ini merupakan salah satu sumber sejarah Kerajaan Pajajaran.
Kitab Siksakanda yang berasal dari
tahun 1518, mengungkapkan tentang sistem pemerintahan di Kerajaan Pajajaran.
Kepercayaan yang dianut kerajaan Pajajaran ialah kepercayaan Hindu.
2.10 Kerajaan Bali
Kerajaan Bali terletak di Pulau Bali, yaitu
sebuah pulau kecil yang letaknya tidak
jauh dari Jawa Timur. Dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai
hubungan yang erat dengan Pulau Jawa, karena letak kedua pulau itu berdekatan.
Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan diri
dan menetap di Bali. Sampai sekarang ada kepercayaan, bahwa sebagian dari
masyarakat Bali dianggap sebagai pewaris tradisi Majapahit.
1) Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Bali dapat diketahui melalui beberapa sumber,
misalnya prasasti dan bangunan candi. Prasasti Sanur merupakan satu-satunya
prasasti yang berhasil ditemukan oleh para ahli. Prasasti itu membahas mengenai
kekuasaan raja-raja dari Dinasti Warmadewa. Sedangkan candi yang ditinggalkan
berupa Candi Gunung Kawi.
Pada
masa pemerintahan Raja Anak Wungsu, ada dua jenis seni yaitu seni keraton dan
seni rakyat. Seni rakyat biasanya berkeliling menghibur rakyat. Seni keraton
dipertunjukkan di desa-desa dan seni ini tidak dimonopoli oleh raja. Hal ini
diterangkan dalam Prasasti Julah yang berangka tahun 987. Peninggalan Kerajaan
Bali yang berupa bangunan candi sangat unik. Candi ini dibangun dalam ceruk
tebing karang.
Kepercayaan yang dianut kerajaan Bali ialah kepercayaan
Hindu
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari materi diatas dapat kami
simpulkan bahwa, sebelum zaman reformasi atau kemerdekaan. Banyak berkembang
kerajaan-kerajaan, yang dipengaruhi oleh
perkembangan Hindu-Budha dinusantara, yang mengjangkut berbagai aspek, diantaranya: Tatanan kehidupan
masyarakat dinusantara. sebelum adanya pengaruh Hindu-Budha dinusantara tidak
ada kerajaan. Dengan adanya pengaruh Hindu-Budha maka dinusantara berdiri
kerajaan-kerajaan diantaranya , kerajaan Kutai dikalaimantan Timur, kerajaan
Taruma Negara di Jawa Tengah, Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, Kerajaan Mataram,
Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari,KerajaanBali,Kerajaan Pajajaran,Kerajaan
Majapahit. Dan mulai mengenal Agama yaitu Hindu dan Budha.
3.2. Kritik/Saran
Kritik
dan saran dari pembaca sangat kami perlukan demi penyempurnaan makalah kami
ini. Kita sebagai generasi muda Hindu sangat perlu mempelajari sejarah-sejarah,
yang berkaitan dengan Agama Hindu, agar bisa kita jadikan pedoman dan acuan
dalam kehidupan ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Matroji. 2008. “
Sejarah 2 SMA”. Jakarta : Bumi
aksara.
Mustafa
Shodiq. 2007. ” Wawasan Sejarah 2A
Indonesia dan Dunia”. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar