KATA PENGANTAR
Om
Swastyastu,
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida
Sang Yang Widi Wasa karena atas berkat dan rahmat-Nya makalah yang berkaitkan
tentang Karya Kesusilaan (ahlak yang terpuji dan tercela) dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini atas dan pengarahan dan bimbingan
yang telah diberikan selama perkuliahan maupun di luar perkuliahan yang sedikit
tidaknya membantu penulis dalam penyelesaian penulisan makalah ini.
Pada kesempatan ini
pun, penulis menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak terkait makalah
ini, apabila ada kesalahan dan berbagai kekurangan yang mungkin kurang berkenan
dan perlu direvisi kembali mengingat makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna.
Oleh karena itu,
penulis membuka ruang yang lebar bagi setiap kritik dan saran yang membangun
guna pengembangan, koreksi, bahkan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis
menyampaikan selamat membaca makalah yang telah penulis persembahkan ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan memenuhi fungsi
sebagaimana mestinya. Terima kasih
Om Santih, Santih, Santih Om
Singaraja, 26 juni 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………………………………….. .. i
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………………………. .. ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang …………………………………………………………………….... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan
Penulisan ……………………………………………………………………. .. 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Bersifat Sabar....................................................................................................... 3
2.2 Bersifat Benar...................................................................................................... 4
2.3 Memelihara Amanah........................................................................................... 6
2.4 Bersifat Adil......................................................................................................... 7
2.5 Kasih Sayang........................................................................................................ 11
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
…………………………………………………………………………... 18
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Budaya kekerasan yang
merebak belakang ini bukan hanya melanda Indonesia saja, akan tetapi menimpa
hampir sebagian besar kawasan di dunia, terutama negara – negara berkembangyang
sedang terlanda krisis ekonomi, politik, kepercayaan, moral dan semacamnya.
Dimana sebagian disebabkan oleh kesenjangan sosial di bidang ekonomi yang terus
memburuk. Perut kosong memicu pikiran untuk menjadi kacau dan berdampak pada
perilaku brutal yang tidak terkendalikan. Namun disisi lain, perut yang penuh
berisi cendrung menimbulkan perilaku pikiran yang amburadul akibat polusi dalam
berbagai komoditas yang dikonsumsi manusia, dari yang kasar hingga yang halus.
Di samping itu, era kaliyuga sekarang
ini, yang dalam sastra suluk Jawa sering diistilahkan sebagai jaman kalabendhu, jelas telah meperlihatkan
sifatnya yang sejati sebagai era yang penuh dengan pertengkaran,
ketidakpastian, kegelapan dan kejahatan merajalalela. Dimana pada jaman ini
hampir, tidak ada lagi namannya kasih sayang tanpa pamrih, semua telah berubah
menjadi ladang bisnisdan jual beli yang didasarkan pada tumpukan materi.
Jaman yang sering
dijuluki jaman edan ini, krisis moral terjadi dimana - mana. Semua manusia
berlomba – lomba untuk menjadi orang yang terpandang dengan menghalalkan segala
cara. Kedudukan uang menggantikan posisi kebajikan sebagai kekuasaan tertinggi,
sehingga berwenang untuk menduduki posisi terdepan. Manusia bergejolak, lepas dari swadharmanya, Brahmana melakukan
kegiatan kaum Sudra, dan sebaliknya
Sudra mengambil kegiatan kaum Brahmana,
golongan ksatriya juga telah ikut
campur dalam kegiatan agama. Golongan penjahat (yang bersifat jahat) memerintah
negara, karena kaum Ksatriya dan Vaisya telah melakukan kegiatan yang
menyimpang dari tugas kewajibannya selaku pengatur pemerintahan dan
mengusahakan kesejahteraan rakyat, dan melakukan kegiatan yang semuanya yang
bertentangan dengan ajaran Dharma.
Hanya dengan jalan Dharma inilah
manusia bisa mengembalikan jaman seperti mulanya dimana kedamaian melingkup
seluruh kehidupan manusia. Yang juga terlingkup didalamnya azas sifat sabar,
sifat benar, memelihara amanah, bersifat adil dan kasih sayang.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang
diatas adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah
:
1. Apa itu sifat sabar ?
2. Apa itu sifat benar ?
3. Bagaimana
cara memelihara amanah?
4. Apa itu sifat adil ?
5. Bagaimana
kasih sayang ?
1.3
Tujuan
Penulisan
Dari rumusan masalah
diatas, adapun maksud daripada penulisan makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui sifat sabar
2. Untuk
mengetahui sifat benar
3. Untuk
mengetahui cara memelihara amanah
4. Untuk
mengetahui sifat adil
5. Untuk
mengetahui kasih sayang
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Bersifat
Sabar
Sabar adalah rasa yang
tulus untuk bertahan menuju jalan kemenangan. Sabar adalah salah satu sifat
untuk menciptakan kedamaian. Sifat sabar itu juga bisa disebut sebagai proses
perlahan karena pada tahap ini adanya proses menganalisa terhadap problema
hingga akhirnya ditemukan titik atau pangkal masalah tersebut untuk menuju
kebenaran . Sabar adalah sikap untuk melatih kekuatn mental terhadap setiap
ujian kehidupan. Semakin kuat mental seseorang maka makin dewasalah orang
tersebut. Seperti halnya sebuah pohon yang berkali – kali diterpa angin
kencang, badai dan topan tetapi pohon itu tetap berdiri kokoh. Karena setiap
angin yang datang menerpa pohon, pohon mendapatkan sebuah pengalaman untuk
tetap bertahan bila nantinya angin topan datang lagi. Ada peribahasa menyatakan
bahwa “kesabaran itu pahit laksana janam, namun akibatnya lebih manis daripada
madu”. Kesabaran dapat dibagi menjadi dua ketegori yaitu :
a. Kesabaran
ketika ditimpa musibah
b. Kesabaran
dalam mengerjakan sesuatu (rajin, tekun dan ulet)
Adapun manfaat dari
kesabaran untuk seseorang yang telah lulus, dengan memperoleh kemenangan yaitu
:
a. Memperoleh
rahmat dan kegembiraan
b. Memperloreh
pertolongan dan kemenangan
c. Memperoleh
kesenangan dan kebahagiaan
Ada beberapa faktor –
faktor kesabaran :
Kesabaran itu tidak
dapat dipaksakan begitu saja dalam pribadi seseorang, melainkan ada beberapa
faktor :
a. Keberanian,
seseorang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian
untuk menerima musibah atau juga dalam mengerjakan sesuatu. Dari seorang
pengecut sukar diharapkan padanya sikap sabar.
b. Kekuatan,
seseorang dapat bersabar terhadap segala sesuatu jika dalam dirinya cukup
tersimpan sejumlah kekuatan sebagaimana penuh diuraikan. Dari orang yang lemah
kepribadian sukar diharapkan kesabarannya menghadapi sesuatu.
c. Kesadaran
dan pengetahuan, kesadaran adalah sumber kesabaran. Jika seseorang tahu dan
sabar akan menfaat sesuatu pekerjaan barulah dia dapat bersabar dalam
mengerjakannya.
Putus
asa dan kemalasan adalah seatu sebagai kebalikan dari sifat sabar . putus asa
adalah ketidakmampuan seseorang menanggung derita atas musibah, dan kemalasan
yakni ketidaksanggupan seseorang bertekun dalam kewajiban. Putus asa adalah
ciri kelemahan mental (Burhanuddin : 2000 : 169).
2.2
Bersifat
Benar
Bersifat
benar adalah sesuatu yang diawali dengan perbuatan, perkataan yang baik dan
jujur dalam berkehidupan. Sifat yang benar adalah salah satu komponen kemajuan
dari masyarakat. Prinsip menegakan kebenaran adalah keberanian seperti halnya
peribahasa mengatakan” berani karena benar, takut karena salah” (Burhanuddin : 2000
: 170).
Sri
Santya Sai Baba menyatakan bahwa “Kebenaran adalah yang senantiasa tak berubah,
yang abadi selamnya. Itulah realitas abadi”. Bila kita mengunakan badan fisik
kita pada cara yang benar, yaitu dengan menggunakan kata – kata kita guna
kemanfaatan semuanya mencintai siapapun dan melayani semua, melakukan kewajiban
kita dengan kamampuan terbaik tanpa pamrih apapun, suatu kebiasaan terbentuk
oleh pikiran bawah sadar yang akan mememnuhi pikiran dengan pemikiran –
pemikiran yang baik akan menambah kedamaian batin ( Maswinara :2000 : 54).
Kebenaran
adalah segala sesuatu yang tidak berubah. Ia merupakan kebenaran yang kemarin,
hari ini, ia juga harus menjadi
kebenaran hari esok, dan harus menjadi kebenaran yang besoknya lagi. Itu
berarti kebenaran yang sama akan senantiasa menjadi kebenaran. Bahkan sebelum
penciptaan, dan setelah penciptaan behenti adanya, kebenaran itu merupakan kebenaran yang sama. Sebagai suatu
contoh kursi kayu, lima puluh tahunan yang lalu, kemungkinan kursi masih belum
ada. Kemungkinan ia masih merupakan sebatang pohon. Seratus tahun sejak
sekarang, kursi ini mungkin akan dibuang dan dibakar sebagai kayu bakar. Dengan
demikian kita dapat mengatakan bahwa kursi bukanlah kebenaran sejati, karena ia
tidak selalu ada menjadi kursi. Pada analisa kebenaran selanjutnya, kita
dapatkan bahwa bila sesuatu itu merupakan kebenaran di Australia, ia juga harus
menjadi kebenaran di Thailand atau di Amerika Serikat. Dalam kenyataannya
kebenaran harus universal dan harus ada dimana – mana dalam atom atau kosmos
selamanya ( Maswinara :2000 : 56 - 57).
Dalam
agama Hindu kebenaran itu adalah Dharma
dan Dharma merupakan landasan untuk
mencapai tujuan hidup yaitu Moksa yang diwujudkan dengan alat kama dan artha
yang benar. Tuhan adalah perwujudan Dharma,
rahmatNya dapat diperoleh melalui Dharma,
beliau senantiasa membantu perkembangan Dharma,
Tuhan selalu menegakkan Dharma, Tuhan
adalah Dharma itu sendiri. Arus
kegiatan Dharma jangan sampai mengering,
bila airnya yang sejuk tidak lagi mengalir, dapat dipastikan akan timbul
bencana. Oleh karena itu, setiap
manusia mana pun ia harus berada dan pada setiap saat menghormati Dharma. Agar air Dharma tetap mengalir selama – lamanya dan sepenuhnya sehingga
dunia menikmati kebahagiaan (Bhagawan Santhya Narayana : 1999 : 2 ).
Sebagai
kebalikan dari kebenaran dan kejujuran adalah dusta dan curang. Sifat dan sikap
ini membawa bencana dan kerusakan bagi pribadi dan masyarakat. Kecurangan dalam segala bidang pergaulan
termasuk bdang administrasi hanya akan mempercepat kehancuran masyarakat itu
sendiri. Satu – satunya jalan untuk mencegahnya adalah kembali ke jalan
kebenaran. Dapatlah dibayangkan akibat – akibat yang bakal terjadi jika
kebohongan dan kecurangan telah membudaya dalam masyarakat? Misalnya sukatan atau timbangan dikurangi. Manipulasi dalam hal jual beli dan
lain – lain yang menjadi sumber terbukannya pintu – pintu korupsi, semua itu
menimbulkan bencana dan kerusakan (Burhanuddin : 2000 : 170).
2.3
Memelihara
Amanah
Kata amanah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Definisi
amanah tersebut memberikan pengertian bahwa setiap amanah selalu melibatkan 2
pihak yaitu si pemberi amanah dan si penerima amanah. Lebih jelasnya, hubungan
keduanya dapat dijelaskan dalam kehidupan sehari-hari (http://mediainformasill.blogspot.com/2012/04/pengertian-definisi-amanah.html)
Amanah
menurut arti bahasa ialah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan atau
kejujuran. Yang dimaksud dengan Amanah adalah suatu sifat dan sikap pribadi
yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan
kepadanya, berupa harta benda, rahasia maupun tugas kewajiban. Amanah juga
merupakan kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun
sesungguhnya kata amanah mempunyi makna, yaitu menunaikan apa-apa yang
dititipkan atau dipercayakan.
Amanah adalah tuntutan iman. Dan khianat adalah salah satu
kebalikan dari amanah. Jika seorang manusia yang hatinya kehilangan sifat
amanah, maka ia akan menjadi orang yang mudah berdusta dan khianat. Dan orang
yang mempunyai sifat dusta dan khianat, dia berada dalam barisan orang-orang
munafik.
Macam – macam amanah :
1. Amanah yang berdasarkan atas
kebenaran dan kebaikan.
2. Amanah berdasarkan ketaatan umat
beragama.
3. Amanah sebagai bukti adanya suatu
keyakinan yang dianut.
4. Amanah sebagai suatu cara untuk
melakukan ajaran-ajaran keagamaan dengan baik.
5. Amanah sebagai suatu cara untuk
membimbing manusia untuk tetap berbakti kepada Tuhan.
6. Amanah sebagai jalan untuk
menyadarkan umatnya untuk tetap menjalankan kewajibannya sebagai umat beragama.
2.4
Bersifat
Adil
Adil adalah sebuah kata
yang sering kita dengar. Di setiap kalimat yang diucapkan saat membahas hal-hal
berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, hampir selalu muncul kata “adil” ini.
Lalu, bagaimana sesungguhnya makna dari kata “adil” tersebut? Ini merupakan
suatu hal yang tidak mudah untuk memberi “definisi adil” secara langsung, jelas
dan terang, serta tentu saja bisa memuaskan semua pihak.
Sifat adil adalah sifat
yang ditunjukan kepada sesuatu tanpa diskriminasi terhadap sesuatu itu.
Sehingga semua mendapatkan bagian yang sesuai dengan hak mereka. Sifat adil
adalah sebuah kewajiban yang harus dikembangkan guna kedamaian seluruh lingkup
kehidupan di dunia ini. Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia memberikan pengertian adil itu dengan yang pertama tidak berat
sebelah (tidak memihak) pertimbangan yang adil, putusan itu dianggap adil;
kedua mendapat perlakuan yang sama.
Menurut Drs. Kahar
Masyhur memberikan defenisi tentang adil adalah sebagai berikut :
1. Adil
ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya,
2. Adil
adalah menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa kurang dan
3. Adil
adalah memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap tanpa lebih tanpa
kurang antara sesama yang berhak, dalam keadaan yang sama dan penghukuman orang
jahat atau yang melanggar hukum sesuai dengan kesalahan dan pelanggarannya.
Kalau dilihat secara
umum atau gambaran umum yang berlaku di masyarakat tentang “pengertian adil”,
maka dapat disimpulkan bahwa “bersikap adil” berarti menunjukkan sikap berpihak
kepada yang benar, tidak berat sebelah, dan tidak memihak salah satunya.
Sedangkan menurut Aristoteles keadilan
adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik
tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit.
Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang
tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka
masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran
terhadap proposi tersebut berarti ketidak adilan.
Keadilan merupakan
suatu tindakan atau putusan yang diberikan terhadap suatu hal (baik
memenangkan/memberikan dan ataupun menjatuhkan/menolak) sesuai dengan ketentuan
dan perundang-undangan yang berlaku. Tiga unsur – unsur keadilan :
1. Keterikatan
dengan lain : Hubungan antar orang.
2. Adanya
kewajiban (duty) pada sesoarang untuk memenuhi hak pihak lain.
3. Kesetaraan
(Equality)
Menurut Burhanuddin
Salam, sifat dan sikap adil ada dua macam. Adil yang berhubungan dengan
perseorangan, dan adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan pemerintah.
Adil perseorangan ialah tindakan memberi hak kepada yang mempunyai hak. Bila
seseorang mengambil haknya tanpa melewati batas, atau memberikan hak orang lain
tanpa menguranginya itulah yang dinamakan tindakan adil.
Adil dalam segi
kemasyarakatan dan pemerintahan misalnya tindakan hakim yang menghukum
orang-orang jahat atau orang-orang yang bersengketa sepanjang neraca keadilan.
Jika Hakim menegakkan neraca keadilannya dengan lurus dikatakanlah dia hakim
yang adil dan jika dia berat sebelah maka dipandanglah dia hakim yang tidak
adil. Pemerintah dianggap adil jika dia mengusahakan kemakmuran rakyat secara
merata, baik di kota-kota maupun di seda-desa.
Faktor-faktor yang
melatarbelakangi suatu keadilan. Untuk menegakkan neraca keadilan dalam diri
pribadi dan masyarakat, maka ada beberapa factor yang perlu diperhatikan.
Menurut Burhanuddin Salam, ada 2 faktor yang harus diperhatikan, yang meliputi:
1.
Tenang dalam mengambil keputusan. Tidak
berat sebelah dalam tindakan karena pengaruh hawa nafsu, angkara murka ataupun
karena kecintaan kepada seseorang.
2.
Memperluas pandangan dan melihat
persoalannnya secara objektif, mengumpulkan data dengan fakta, sehingga dalam
mengambil keputusan seadil mungkin.
Sedangkan menurut
Surahman, faktor-faktor lain yang melatarbelakangi suatu keadilan antara lain :
1. Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang
sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan
yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada.
Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan
perbuatan-perbuatan yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan
perbuatannya. Karena itu jujur juga menepati janji atau kesanggupan yang
terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam nuraninya yang
berupa kehendak, harapan dan niat.
Pada hakekatnya jujur atau kejujuran dilandasi oleh
kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan adanya sama hak dan
kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau dosa. Adapun kesadaran
moral adalah kesadaran tentang diri kita sendiri karena kita melihat diri kita
sendiri berhadapan dengan hal baik buruk. Disitu manusia dihadapkan kepada
pilihan antara baik dan buruk, yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,
meskipun dapat dilakukan. Dalam hal ini kita melihat sesuatu yang spesifik atau
khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada soal tentang jujur dan tidak
jujur, patut dan tidak patut, adil dan tidak adil. Dengan adanya suatu rasa
kejujuran yang ada dalam tiap manusia, menuntut ia akan rasa keadilan yang
ingin di dapatkan. Karena dengan kejujuran, maka suatu keadilan tentu dapat
ditegakkan.
2.
Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidak jujuran atau
tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah
tentu kecurangan sebagai lawan jujur. Curang atau kecurangan artinya apa yang
diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau orang itu memang dari
hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa
bertenaga dan usaha. Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak,
ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai
orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bila masyarakat sekelilingnya
hidup menderita. Kecurangan sangat mempengaruhi akan adanya keadilan. Karena
dengan kecurangan, sudah barang tentu keadilan tidak dapat diwujudkan.
3. Pemulihan Nama Baik
Nama baik merupakan
tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap
orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Lebih-lebih jika ia
menjadi teladan bagi orang/tetangga adalah suatu kebanggaan batin yang tak
ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku
atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik itu adalah
tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan
itu antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi,
cara menghadapi orang, perbuatan – perbuatan yang dihalalkan agama dan
sebagainya.
Tingkah laku atau
perbuatan yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodrat
manusia yaitu ;
1.
manusia menurut sifatnya adalah mahluk
bermoral,
2.
ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang
harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral
tersebut.
Pada hakekatnya
pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya, bahwa
apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan
akhlak. Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq bentuk jamak dari khuluq dan
dari akar kata ahlaq yang berarti penciptaan. Oleh karena itu tingkah laku dan
perbuatan manusia harus disesuaikan dengan penciptanya sebagai manusia. Untuk
itu orang harus bertingkah laku dan berbuat sesuai dengan ahlak yang baik.
4. Pembalasan
Pengertian pembalasan
adalah reaksi atas perbuatan orang lain yang dilakukan kepada kita yang kita
ungkapkan baik secara positif maupun negatif. Pembalasan merupakan suatu reaksi
atau perbuatan orang lain. Reaksi itu berupa perbuatan yang serupa, perbuatan
yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan
disebabkan oleh adanya pergaulan , pergaulan yang bersabahat mendapat balasan
yang bersahabat, sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan
balasan yang tidak bersahabat pula.
2.5
Kasih
Sayang
Pada dasarnya sifat
kasih sayang adalah fitrah yang dianugrahkan Tuhan kepada semua makhluk hidup.
Pada hewan misalnya kita perhatikan begitu kasihnya kepada anaknya, sehingga
rela berkorban jika anaknya diganggu. Naluri ini pun ada pada manusia, dimulai
dari kasih sayang orang tua kepada anaknya, dan sebaliknya kecintaan anak
kepada orang tuanya, hingga dalam lingkungan yang lebih luas; lingkungan
keluarga, tetangga, kampong, bangsa dan yang amat luas adalah kasih sayang
antara manusia. Akan tetapi naluri kasih sayang ini dapat tertutup jika
terdapat hambatan-hambatan, misalnya karena pertengkaran, permusuhan,
kerakusan, kedengkian, dan lain-lain.
Kebajikan terbesar
adalah kasih sayang. Kasih sayang adalah merupakan dasar karakter. Kita semua
banyak dipengaruhi oleh daya kasih sayang, khususnya anak – anak. Kata kasih
sayang yang kita gunakan disini menyatakan kasih sayang murni yang muncul dari
hati yang murni. Kasih sayanglah yang tidak menghendaki sebagai balasannya.
Kita semua menghendaki mengirim dan menerima kasih sayang yang kita terima
tidak berasal dari indria – indria fisik kita tetapi melalui kemampuan khusus
yang kita semua memilikinya ( Maswinara :2000 : 71).
Hanya
ada satu agama yaitu agama kasih sayang, demikian salah satu pertanyaan dari
Bhagavan satya Narayana dalam ajarannya yang menyiratkan bahwa hanya kasih
sayanglah yang dapat menyatukan seluruh keberadaan di alam semesta raya ini
dalam persaudaraan semesta karena sumber dari padanya adalah Tuhan itu sendiri
sebagai pengejawantahan kasih sayang atau prema
svarupa. Svami Vivekananda dalam menyampaikan ajaran vedanta kepada orang –
orang barat mengatakan bahwa “Kasih
sayang ilahi ibarat segitiga yang setiap sudutnya melambangkan tiga kondisi
yang mendasarinya, yaitu : kasih sayang tak mengenal tawar menawar, kasih
sayang tak mengenal rasa takut dan kasih sayang tak menginginkan adanya
persaingan” (Maswinara : 2000 :49).
Selajutnya
Bhagavan Baba menyatakan bahwa “ kasih sayang merupakan jalan termudah untuk
mendapatkan anugrah Tuhan dan menyadari keberadaanNya pada segala sesuatunya.
Kasih sayang janganlah didasarkan dengan kasta, keyakinan, status sosial
ataupun pencapaian intelektual seseorang. Kasih sayang merangkul segalanya ; ia
tak dapat hanya diarahkan pada seseorang dan mengesampingkan yang lainnya. Ia
merupakan arus yang mengalir yang menerpa segalanya, yang membawa pada
perluasan sedangkan kebencian akan menyebabkan kontraksi dan kematian. Inilah
dasar ajaran kitab Sanatama Dharma.
Hati yang dipenuhi dengan kasih sayang tidak akan menampilkan pemikiran –
pemikiran yang dapat mengakibatkan kekerasan. Tuhan adalah kasih sayang, Tuhan
kedamaian, Tuhan adalah kekuatan. Para pemimpin seharusnya mengembangkan rasa
kasih sayang universal ini dan jangan membatasinya pada batasan politis semata.
Kasih sayang merupakan kunci pembuka pintu yang terpalang oleh keakuan dan
keserakahan, karena kasih sayang merupakan sifat dari kehidupan itu sendiri,
dimana prinsip kasih sayang tak memiliki jejak – jejak keakuan dan noda. Kasih
sayang tumbuh dengan memberi dan memaafkan sedangkan keakuan tumbuh dengan
mendapatkan dan melupakan. Kasih sayang melepaskan rasa pamrih dan
mengembangkan kesadaran melalui simpati dan welas asih. Itulah buah dari
kehidupan. Kasih sayang merupakan inti dari pemujaan. Ia merupakan wujud dari
Tuhan, karena Tuhan adalah pengejawantahan kasih sayang. Hanya melalui kasih
sayang sajalah keyakinan dapat menjadi mantap, hanya dengan keyakinanlah
pengetahuan dapat diperoleh, hanya dengan melalui pengetahuanlah dapat
menyempurnakan keabadian dan pasrah diri dan hanya melalui pemasrahan diri
sepenuhnyalah Tuhan dapat diwujudkan ( Maswinara :2000 :53-54).
Kasih
sayang senantiasa bersikap memberi dan bukan sebagai penerima. Anak – anak
Tuhan akan berkata bahwa “ jika Tuhan berkehendak akan kuberikan segalanya
padaNya, namun aku tak menginnginkan apapun sebagai balasan dari padaNya. Aku
tak menginginkan apapun dari alam semesta ini. Aku mengasihiNya karena aku
ingin mengasihiNya dan aku tak ingin apapun selain dari itu. Aku tak
menginginkan kekuasaan ataupun kekuatan dari padaNya, tidak juga dari manifestasi
kekuatanNya. Sudah cukup bagiku bahwa Dia adalah penguasa Kasih sayang, aku tak
meminta yang lain lagi” ( Maswinara :2000 :50).
Bila
kita kehadiran orang suci, kita akan merasa penuh kedamaian. Getaran kemurnian
dan kasih sayang, yang kita terima itulah yang memberikan kedamaian. Sebaliknya
jika kita kehadiran orang yang penuh kebingungan dan emosional maka pikiran
kita tak pernah merasa damai. Di sekolah para guru harus memiliki kasih sayang
dalam hatinya. Bila para guru penuh dengan kasih sayang, apapun yang mereka
ajarkan akan menyentuh hati anak – anak. Anak – anak akan penuh dengan
kedamaian, sehingga akan memiliki kosentrasi yang besar dan akan mampu menyerap
pelajarannya dengan lebih mudah ( Maswinara :2000 : 72).
Kasih
sayang bukan hanya mempengaruhi manusia, tetapi juga memiliki pengaruh positif
terhadap hewan dan tumbuh – tumbuhan.
Pada
uiversitas Chulalongkorn di bangkok, para mahasiswa melakukan percobaan tentang
kasih sayang dan pengaruhnya pada tanam – tanamandi bawah pengawasan seorang
profesor botani, pada fakultas ilmu pengetahuan. Para mahasiswa menanam
benihtanamam bunga matahari dan memilih tanaman yang telah tumbuh setinggi 2
inci untuk percobaan tersebut. Tanaman itu dipisahkan menjadi dua kelompok dan
ditempatkan pada dua tempat yang terpisah pula. Tanah yang dipergunakan
keduanya dicampur terlebih dahulu sebelum pemisahan pada tempat yang berbeda
tersebut. Segala kondisi dari keduan kelompok tanaman tersebut dijaga secara
ketat. Pemberian air juga ditakar, demikian pula temperatur keduanya. Kedua
kelompok tanaman itu juga mendapatkan sinar matahari yang sama. Yang berbeda
hanyalah bahwa setiap hari sekelompok mahasiswa sekitar 20 orang memberikan
belaian kasih sayang hanya pada satu kelompok saja sedangkan yang lainnya
dijaga biasa saja. Setelah empat minggu, hasil percobaan memberikan gamabaran
sebagai berikut :
Pada
kelompok tanaman yang diberikan kasih sayang memeiliki banyak bunga yang
bermekaran, sedangkan pada kelompok yang satunya tak sebuah tanaman pun yang
menghasilkan bunga yang bermekaran. Ketika tinggi tanaman itu diukur,
ketinggian bunga yang mendapatkan kasih sayang 49,2 % lebih tinggi dibandingkan
dengan bunga yang tanpa kasih sayang. Analisa statistik dilakukan mengenai
hasilnya ini dan secara jelas menunjukan bahwa perubahan yang terjadi sangat
kecil dan faktor luarlah yang meyebabkan perbedaan besar itu. Oleh karena itu,
disimpulkan bahwa kasih sayang yang disebarkan oleh para mahasiswa itulah yang
menyebabkan tanaman itu berbeda pertumbuhannya, sedang kondisi lainya semuannya
sama.
Dari
hasil penelitian diatas, kita mesti menyadari jika sumber dari segala kehidupan
ini adalah kasih sayang (Tuhan) maka semua ciptaannya berhak menerima kasih
sayang itu. Berpijak dari ungkapan bahwasannya Tuhan (pencipta, yang maha
kuasa, zat multak kesadaran atau apa saja namanya) berada di dalam setiap
materi, setiap partikel atau bahkan pada setiap elektron dari suatu atom unsur
(Donder :2001 :146). Untuk itu semestinya sifat kasih sayang dipancarkan atau
menyentuh seluruh komponen ciptaanNya baik yang hidup ataupun mati.
Kasih
sayang yang terkenal yang dinyatakan oleh Buddha
adalah : kebencian tak akan pernah menghentikan
kebencian tetapi hanya dengan kasih sayang ilahi sajalah kebencian itu dapat
dilenyapkan. Yesus Kristus menyatakan bahwa “ perintah baru kuberikan
kepadamu, bahwa engkau hendaknya saling mengasihi satu sama lain. Semua nabi
juga mengajarkan hal yang sama yaitu kasih sayang ( Maswinara :2000 : 75).
Pada suatu hari, Paramahamsa
Yogananda mengajar di New York dan ia pergi dengan berjalan kaki. Tiga orang
perampok menghadangnya dan menodongkan senjata pada Yogananda dan meminta
uangnya. Yogananda yang selalu penuh senyum dan kasih sayang, memberikan pundi
– pundi uangnya kepada ketiga perompok itu. Pada saat yang sama Yogananda
memancarkan getaran kasih sayang pada mereka. Pikirannya mengatakan “ semoga
kamu bertiga penuh dengan kedamaian dan kebahagian”. Kemudian sesuatu yang aneh
terjadi. Ketiga perompok itu tak mau mengambil pundi – pundi uangnya. Mereka
menurunkan senjatanya dan berkata “ kami minta maaf, tetapi kami tak dapat
menerima uangmu” mereka berbalik dan melarikan diri.
Inilah
daya kekuatan kasih sayang. Kasih sayang merupakan senjata terdasyat di dunia
karena ia mampu merubah hati manusia. Orang yang penuh dengan kasih sayang
tidak akan pernah memiliki musuh. Tak perlu senjata perang, karena kita dapat
memberikan kedamaian pada dunia melalui daya kasih sayang. Bila terdapat cukup
orang berdaya kasih sayang, dunia ini dengan cepat akan berubah. Kasih sayang
sungguh – sungguh merupakan dasar karakter dan keunggulan manusia. Karena kasih
sayang merupakan arus bawah dari semua nilai kemanusiaan. Kasih sayang sebagai
pemikiran adalah kebenaran, kasih sayang sebagai kegiatan adalah kegiatan yang
benar, dan kasih sayang sebagai perasaan adalah kedamaian ( Maswinara :2000 :
76). Sebeku apapun hati manusia namun ia akan luluh dengan pancaran kasih
sayang.
Apabila
diperinci, kasih sayang memiliki ruang lingkup dalam beberapa tingkatan, yang
meliputi :
a.
Kasih sayang dalam lingkungan keluarga;
Kasih sayang orang tua kepada anaknya, kasih sayang suami dengan istri, kasih
sayang antara orang yang bersaudara dan berkeluarga.
b.
Kasih sayang dalam lingkungan tetangga
dan kampung; suatu pertalian kasih sayang yang timbul dan tumbuh karena hidup
bersama dalam suatu lingkungan tetangga dan kampung.
c.
Kasih sayang dalam lingkungan bangsa;
perasaan kasih dan simpati yang timbul akibat persamaan rumpun, suku bangsa,
rasa senasib dalam perjuangan yang menyangkut kenegaraan.
d.
Kasih sayang dalam lingkungan keagamaan.
mencintai dan mengasihi sesame orang yang seagama, karena memandang saudara
dalam akidah dan keyakinan.
e.
Kasih sayang dalam bentuk
perikemanusiaan; mencintai sesama manusia atas dasar pengertian bahwa manusia
adalah sama-sama berasal dari satu keturunan, asalnya satu bapak dan satu ibu.
f.
kasih sayang kepada sesama makhluk
(universal); misalnya mengasihi hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Adapun
prinsip-prinsip kasih sayang. Dengan menumbuhkan sikap kasih sayang dalam diri,
maka akan lahir sikap dan sifat yang meliputi:
a.
Pemurah; yaitu suka mengulurkan tangan
kedermawanan kepada orang lain yang menghajatkannya. Di sini sikap infak, yakni
rela membelanjakan harta bagi kepentingan keluarga dan amal social.
b.
Tolong menolong; yaitu sikap yang senang
menolong orang lain, baik dalam bentuk material maupun dalan bentuk tenaga dan
moril. jika sikap gotong royong telah tertanan dalam diri manudia, maka setiap
ada seseorang yang kesulitan, selalu tergugah untuk bangkit memberikan
pertolongannya.
c.
Pemaaf; yaitu sifat pemaaf yang tumbuh
karena sadar bahwa manusia bersifat laif tidak lepas dari kesalahan dan
kehilafan.
d.
Damai; orang yang jiwanya penuh dengan
kasih sayang akan memancar pula darinya sikap suka kepada perdamaian kepada
orang yang memusuhinya, dan tidak ingin mencari-cari permusuhan dengan
seseorang. Selama masih ada jalan perdamaian, ditempuhnya jalan itu.
e.
Persaudaraan; dari jiwa yang penuh
dengan kasih sayang mudah diperoleh semangat persaudaraan.
f.
Menghubungkan tali kekeluargaan; dari
berbagai sifat dan sikap kasih sayang, maka seharusnya seseorang tetap menjalin
tali persaudaraan satu dengan yang lainnya sehingga terbina kerukunan dalam
kehidupan.
Kasih
sayang duniawi seringkali berubah – ubah, bahkan dapat berubah menjadi
kebencian dalam sekejap, disebabkan adanya rasa keterikatan (raga) yang pada akhirnya akan berubah
menjadi dvesa (kebencian). Oleh karena
itu, ubahlah kasih sayang duniawi menjadi kasih sayang Ilahi yang bersifat
universal, sehingga keterikatan yang tadinya dapat memberikan penderitaan juga
akan dapat berubah menjadi keterikatan terhadap Tuhan yang membawa pada jalan
pencerahan dan kedamaian abadi ( Maswinara :2000 : 54).
Kasih
sayang mampu merubah dunia dalam keselarasan dan keseimbangan universal. Oleh
karena itu, mulailah hari dengan kasih sayang, pergunakan hari itu dengan kasih
sayang dan akhiri juga dengan kasih sayang. Itulah jalan menuju Tuhan, karena Tuhan
adalah kasih sayang ( Maswinara :2000: 53).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas dapat ditarik suatu kesimpula bahwa jika setiap manusia
bercita – cita untuk mewujudkan kedamaian di dunia ini, hendaknya ia memiliki
sifat yang sabar dalam mengahdapi segala hal, bersifat benar karena kebenaralah
yang selalu abadi dan utama, memelihara amanah karena mengamalkan amanah sama
halnya dengan menjalankan perintah Tuhan karena hakekatnya tidak ada amanah
yang menjerumuskan manusia kedalam hal – hal yang negatif, bersifat adil mengingat
bahwa perilaku adil adalah pemberian hak yang balance tanpa menimbang – nimbang
lagi sehingga tidak ada benak yang merasa pilih kasih akan hak tersebut dan
yang terakhir adalah sifat kasih sayang yang harus diberikan kepada semua
manusia sekalipun itu adalah musuh karena dengan daya kasih sayang segala macam
kejahatan mampu terluluhkan. Dengan demikian jika sifat – sifat diatas telah
diterapkan dengan baik dan benar maka terciptalah kedamaian di dunia ini yang
menjadi dambaan setiap manusia. Tidak ada lagi kekerasan dan kejahatan yang
terlalu melonjak sehingga semua kehidupan seimbang dan harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
Donder,
I Ketut. 2001. Panca Dhatu Atom, Atma dan
Animisme (sebuah evolusi konsep tentang sesuatu yang amat kecil sebagai asas
hidup dan kehidupan). Surabaya : Paramita
Maswinara,
I Wayan. 2000. Kedamaian di Tengah –
Tengah Prahara. Surabaya : Paramita
Maswinara,
I Wayan. 2000. Lima Nilai Kemanusiaan dan
Keunggulan Manusia. Surabaya : Paramita
Salam,
Burhanuddin. 2000. Etika Individual (pola
dasar filasafat moral). Jakarta : PT Rineka Cipta
Wejangan
Sri Sathya Narayana. 1999. Pancaran
Dharma (Dharma Vahini). Surabaya : Paramita
(http://mediainformasill.blogspot.com/2012/04/pengertian-definisi-amanah.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar